Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Mau Adopsi Strategi Ekonomi Sirkular, Apa Itu?

Kompas.com - 24/02/2020, 15:35 WIB
Elsa Catriana,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia berencana mengadopsi ekonomi sirkular agar mempercepat kemajuan dan mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan. 

Strategi ekonomi Sirkular telah dilakukan oleh beberapa negara besar salah satunya Denmark.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, model ekonomi sirkular ini adalah salah satu kunci untuk mencapai nol polusi dan lingkungan yang bebas racun.

Pemerintah Indonesia menyambut inisiatif kerja sama United Nations Development Programme (UNDP) atau Badan Program Pembangunan PBB dengan bersama Pemerintah Denmark mendukung penuh Indonesia untuk menerapkan strategi ekonomi sirkular.

Baca juga: Bappenas: RI Akan Diperlakukan Seperti Negara Maju

Suharso juga mengatakan, ekonomi sirkular dapat mempercepat kemajuan Indonesia menuju beberapa tujuan pembangunan yang berkelanjutan mulai dari konsumsi hingga produksi yang berkelanjutan.

Lantas seperti apa ekonomi sirkular? Suharso memberikan gambaran.

"Selama ini kan kita menggunakan ekonomi yang linear, nah sekarang ada sistem ekonomi sirkular yang mengutamakan prinsip recycle . Misalnya beberapa pabrik air minum kemasan yang habis dikonsumsi langsung dibuang. Padahal bisa di recycle dan ada nilai ekonominya," ujarnya di Jakarta, Senin (24/2/2020).

Ia juga mengatakan dengan mengimplementasikan ekonomi sirkular, dapat memperpanjang masa penggunaan produk dan membawa keuntungan yang berkelanjutan melalui investasi dalam pengembangan proses bisnis berkelanjutan.

Ia menyebutkan, ekonomi sirkular juga telah masuk dalam rencana jangka menengah 2020-2024.

"Kami berharap bisa mencapai target pertumbuhan dengan menjaga emisi tetap rendah dan meminimalisir eksploitasi sumber daya alam dan rencananya proyek ini akan diterapkan dalam lima industri yaitu makanan, minuman, elektronik, konstruksi, plastik," katanya.

Baca juga: Pemerintah Akan Gelar Roadshow Omnibus Law RUU Cipta Kerja di 18 Kota

Sementara Menteri Lingkungan Denmark Lea Warmelin mangatakan, transisi ke ekonomi sirkular ini adalah langkah penting untuk mencapai agenda pembangunan berkelanjutan bahkan menjadi agenda politik internasional tapi masih dalam tahap awal.

"Di Denmark kami menyelesaikan tantangan ini melalui edukasi dan knowlodge sharing dan berhasil. Kami punya tradisi kerja sama antara sektor publik dan privat, kerja sama silang dengan pihak lainnya demi mencapai keuntungan bersama," kata dia.

Warmelin juga mengatakan ekonomi sirkular tidak hanya berbicara soal mengurangi sampah, memperpanjang masa penggunaan barang atau melakukan daur ulang. Tapi juga soal model kepemilikan bisnis, pelayanan publik serta mampu menawarkan solusi kreatif bagi masyarakat agar tidak bergantung pada material konsumtif.

Baca juga: Indonesia Dicoret AS dari Negara Berkembang, Ini Kabar Buruknya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com