Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Airlangga Hartarto: Juli 2021, Biodiesel B40 Mulai Diberlakukan

Kompas.com - 24/02/2020, 15:42 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menargetkan implementasi biodiesel 40 persen (B40) pada Juli 2021 mendatang.

Ketua Umum Partai Golkar itu menyampaikan implementasi B40 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan impor Indonesia terhadap bahan bakar minyak.

Untuk itulah, dia meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk mempersiapkan uji coba bahan bakar berbasis solar dan crude palm oil (CPO) itu.

"Untuk subsitusi, khusus mengurangi impor pemerintah menyiapkan roadmap biodiesel 40 persen. Diharapkan BPPT bisa menyiapkan uji coba dan diharapkan Juli 2021 bisa diimplementasikan," ujar Airlangga di Jakarta, Senin (24/2/2020).

Baca juga: Uni Eropa Kenakan Tarif hingga 18 Persen untuk Biodiesel Indonesia

Sebagai catatan, pemerintah mulai mengimplementasikan biodiesel 30 persen di pasar ritel sejak Desember 2019.

Saat ini, masyarakat sudah bisa menikmati bahan bakar campuran nabati olahan kelapa sawit di jaringan SPBU Pertamina.

Adapun untuk B40, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana akan melakukan uji coba pada Maret mendatang.

Direktur Bioenergi Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Andriah Feby Misna mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan uji teknis tahap awal untuk mendapatkan komponen campuran yang tepat.

"Kita lihat, campuran yang tepat untuk B40 seperti apa agar bisa digunakan pada kendaraan bermotor. Semoga on schedule (Maret mulai lakukan tes)," katanya kepada Kompas.com, Jakarta, Kamis (13/2/2020).

Lebih lanjut Airlangga menjelaskan B40 merupakan bagian dari roadmap industri 4.0 pemerintah yang di dalamnya termasuk hilirisasi impor, substitusi, berbasis farmasi dan industri lain.

Dia pun mengatakan hilirisasi produk ekspor selain untuk CPO juga dilakukan di sektor mineral seperti bauksit yang bisa menjadi aluminium dan alumina serta nikel menjadi stainless steel.

"Sedang dibangun beberapa proyek di Kalimantan Barat maupun di Pulau Bintan diharapkan kapasitas aluminium 1 juta ton 2021. Sedangkan hilirisasi dari nikel ore diharapkan produksi stainless steel juga akan meningkat dan bahkan target ekspor sampai sekarang sudah mencapai 7 miliar dollar AS," jelas Airlangga.

"Diharapkan dengan diselesaikan 1 project lagi di Morowali itu karbon steel yang diproduksi bisa menambah sekitar 3 miliar dollar AS," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com