Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Dunia Menuju Periode Terburuk sejak Krisis Keuangan Global

Kompas.com - 28/02/2020, 11:44 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi global kemungkinan bakal mencatat performa terburuk sejak krisis keuangan global.

Menurut Bank of America, penyebabnya adalah dampak virus corona dan faktor-faktor lainnya.

Dilansir dari CNBC, Jumat (28/2/2020), pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan melambat menjadi 2,8 persen pada tahun 2020.

Baca juga: IMF: Virus Corona Bikin Pertumbuhan Ekonomi Global Terpangkas

Menurut Bank of America Global Resarch, ini adalah pertama kalinya sejak krisis keuangan global pada 2008-2009, di mana pertumbuhan ekonomi dunia tidak sampai angka 3 persen.

Pemberat utamanya adalah wabah virus corona, yang memukul aktivitas ekonomi di China sejalan dengan menyebarnya virus tersebut.

Para ekonom Bank of America menyatakan, perang dagang AS dan China, ketidakpastian politik, serta pelemahan ekonomi di Jepang dan beberapa negara di kawasan Amerika Selatan juga memberi dampak pada lemahnya pertumbuhan ekonomi global.

"Berlanjutnya disrupsi di China akan melukai rantai pasok global. Lemahnya pergerakan turis akan menjadi faktor buruk lainnya bagi Asia," kata ekonom Bank of America Aditya Bhave dalam laporannya.

Baca juga: Imbas Virus Corona, Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa Terkoreksi 0,3 Persen

Bhave menuturkan, penyebaran virus corona secara terbatas di Italia dan kemungkinan negara-negara lainnya, memaksa karantina dilakukan lebih meluas. Akhirnya, keyakinan terhadap pertumbuhan ekonomi global semakin redup.

Bank of America juga memprediksi pertumbuhan ekonomi China mencapai 5,2 persen pada tahun 2020, lebih rendah dibandingkan 5,9 persen pada tahun 2019.

Pertumbuhan ekonomi global tidak termasuk China diproyeksi hanya 2,2 persen, lagi-lagi angka terendah sejak krisis keuangan global.

Para ekonom Bank of America belum melihat status virus corona dinaikkan menjadi pandemik global dan tidak memproyeksikan adanya resesi.

Namun, para ekonom melihat kondisi ini sebagai bagian dari tren perlambatan yang didorong beberapa faktor yang ditambah pula dampak pemilu presiden Amerika Serikat (AS) dan kemungkinan dampak lanjutan ketegangan perdagangan dengan China.

Baca juga: BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 Akibat Corona

"Pemilu presiden yang akan datang menambah lapisan kompleksitas dan kebijakan perdagangan AS kemungkinan berubah secara signifikan di bawah presiden (berlatar belakang partai) Demokrat. Investasi bisnis cenderung masih moderat sampai ada kejelasan aturan main," jelas Bhave.

Selain itu, kebijakan bank sentral yang lebih ketat dan dampak susulan pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu kuat pada tahun 2019 juga memberatkan pertumbuhan ekonomi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sambil Makan Durian, Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat

Sambil Makan Durian, Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat

Whats New
Ciptakan Ekosistem Perkebunan yang Kompetitif, Kementan Gelar Kegiatan Skena 

Ciptakan Ekosistem Perkebunan yang Kompetitif, Kementan Gelar Kegiatan Skena 

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Harga BBM Tak Naik hingga Juni 2024

Menteri ESDM Pastikan Harga BBM Tak Naik hingga Juni 2024

Whats New
Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com