Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Loyo Gara-gara Corona, Pemerintah Bakal Bebaskan BM Impor Bahan Baku

Kompas.com - 04/03/2020, 18:39 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mengungkapkan beberapa kelonggaran untuk memberikan kemudahan bagi dunia usaha yang membutuhkan bahan baku impor.

Pasalnya, saat ini kebutuhan bahan baku untuk para pelaku industri tengah terbatas akibat pasokan dari China yang terhenti sejak wabah virus corona merebak awal tahun.

Menteri perindustrian Agus Gumiwang Kertasasmita mengatakan, untuk mengurangi beban pelaku industri, pemerintah bakal menggratiskan bea masuk impor bahan baku.

Baca juga: Redam Dampak Corona, Menperin Dorong Tarif Listrik Industri Didiskon

Hal itu berlaku tak hanya untuk impor bahan baku dari China, namun juga negara lain.

"Impor-impor yang tujuannya bahan baku kalau bisa dinolkan, justru akan bagus. Paling tidak ada keringanan bea masuk," ujar Agus di Jakarta, Rabu (4/3/2020).

Selain menggratiskan bea masuk, pemerintah juga bakal melakukan pengurangan biaya untuk perusahaan yang membuka Letter of Credit (LC) baru.

Sebagai catatan, dokumen Letter of Credit (LC) memungkinkan eksportir menerima pembayaran tanpa menunggu berita dari luar negeri setelah barang dan berkas dokumen dikirimkan keluar negeri kepada pemesan atau importir dan akan memudahkan pihak-pihak yang berada didalamnya.

"Kami sudah berkomunikasi dengan Kementerian BUMN dan BI (Bank Indonesia). Jadi kalau LC menjadi bagian dari struktur cost itu bisa ditekan, itu dia akan berdampak pada lebih rendahnya harga bahan baku yang harus dibayar oleh industri," kata dia.

Baca juga: Geger Corona, Penjual Wedang Jahe Susu Diserbu Pembeli

Agus mengatakan, hingga saat ini sebanyak 30 persen impor bahan baku industri di Indonesia berasal dari China. Namun, sejak wabah virus corona atau covid-19 merebak industri manufaktur di China pun terganggu dan membuat negara mitra dagang utama seperti Indonesia harus mencari sumber bahan baku lain.

Agus pun memaparkan, saat ini harga bahan baku untuk beberapa sektor industri sudah mulai tinggi akibat mandegnya kegiatan manufaktur di China. Hal itu pun membebani industri di dalam negeri.

Padahal, permintaan produk industri bakal meningkat lantaran sebentar lagi sudah memasuki puasa dan Lebaran.

"Karena ini kan supply and demand-lah. Ketika demand meningkat, supply-nya juga menurun bahkan tidak ada, tentu harganya naik. Jadi negara harus hadir," jelasnya.

Baca juga: Ada Virus Corona, Pemerintah Tegaskan Tidak Larang Ekspor Masker

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com