JAKARTA, KOMPAS.com - Jatuhnya harga minyak sebesar 20 persen di tengah wabah virus corona membuat ekonomi bergejolak.
Hal tersebut turut mempengaruhi kurs rupiah terhadap dollar AS dan membuat IHSG berada di zona merah meski hari ini keduanya kompak rebound.
Namun fluktuasi itu diperkirakan masih akan berlanjut dalam beberapa minggu ke depan.
"Ada perlambatan pertumbuhan ekonomi tapi bukan sesuatu yang jadi konsen besar. Tapi kemarin begitu muncul perang minyak antara Arab Saudi dengan Rusia merupakan sesuatu yang membuat kita harus wait and see," kata Direktur Utama PT Danareksa Investment Management (DIM) Marsangap P. Tamba di Jakarta, Selasa (10/3/2020).
Baca juga: Harga Minyak dan IHSG Merosot, Investasi Apa yang Cocok?
Kendati demikian, dampak yang akan dialami Indonesia akibat virus corona dan jatuhnya harga minyak diyakini tidak akan seberat negara-negara maju.
Pasalnya, pemerintah dinilai telah berupaya menggulirkan stimulus moneter dan fiskal untuk menopang pertumbuhan ekonomi domestik.
Adapun kebijakan yang digulirkan, antara lain pelonggaran suku bunga BI - 7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) ke level 4,75 persen dan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM).
Kementerian Keuangan pun telah mengampuni pajak di sektor-sektor terdampak untuk beberapa waktu ke depan. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih masih didorong oleh faktor dalam negeri yakni konsumsi masyarakat dan pemerintah.
Baca juga: Pemerintah Tambah 4 Hari Libur dan Cuti Bersama, Berlaku ke Perusahaan Swasta?