Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Yakin Aliran Modal Asing Makin Deras di Akhir Tahun 2020

Kompas.com - 08/04/2020, 14:00 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis aliran modal asing (capital inflow) akan kembali masuk ke Indonesia secara bertahap tiap kuartal.

Masuknya aliran modal asing diprediksi makin deras pada kuartal IV seiring dengan meredanya dampak virus corona (Covid-19). Meski, tetap akan fluktuatif pada kuartal II dan sebagian kuartal III 2020.

"Ke depan kami percaya portfolio akan masuk, memang akan naik turun pada triwulan dua khususnya, mungkin sebagian triwulan tiga. Tapi berbagai prediksi memperkirakan di triwulan 4 setidaknya permasalahan Covid akan mereda," kata Perry dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (8/4/2020).

Baca juga: Aliran Modal Asing Keluar dari RI Tembus Rp 125,2 Triliun

Perry melihat, saat ini kecenderungan masuknya portfolio asing makin besar. Harapannya, modal asing bisa kembali masuk ke pasar sehingga mendukung penguatan kurs rupiah terhadap dollar AS.

Adapun saat ini, cadangan devisa nasional dinilai masih cukup untuk membiayai impor, membayar utang pemerintah, dan stabilisasi nilai tukar di tengah wabah Covid-19.

Pun cadangan devisa pada Maret 2020 terpantau turun sebesar 9,4 miliar dollar AS menjadi 121 miliar dollar AS.

Turunnya cadangan devisa pada Maret 2020 disebabkan pembayaran utang pemerintah yang telah jatuh tempo sebesar 2 miliar dollar AS dan pemasokan valas di pasar keuangan pada minggu ke-2 serta ke-3 Maret 2020 sebesar 7 miliar dollar AS.

Baca juga: Stabilkan Rupiah di Tengah Covid-19, Cadangan Devisa RI Merosot

"Kami bisa pastikan jumlah cadangan yang sekarang 121 miliar dolar AS lebih dari cukup. Sekarang cadangan devisa kita relatif stabil dan insya Allah kemarin kita mendengar pemerintah menerbitkan global bond 4,3 miliar dolar AS, sudah diumumkan dan itu akan menambah cadev," ungkap Perry.

Di sisi lain, BI memiliki bantalan kedua (second line of defense) seperti Bilateral Currency Swap Agreement (BCSA) dengan beberapa bank sentral dunia dan komitmen dana dari bank sentral AS (The Fed) melalui mekanisme repo line (FIMA) sebesar 60 miliar dollar AS.

Meski repo line tidak bisa menambah cadangan devisa, fasilitas itu bisa digunakan sewaktu-waktu bila terjadi keketatan likuiditas akibat dollar AS yang menguat.

"Kami memang saat ini merasa bahwa cadangan devisa kita cukup, tapi yang ini (repo line) adalah bagian dari konfidennya The Fed AS terhadap pengelolaan ekonomi Indonesia dan prospek ekonomi Indonesia," pungkas Perry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com