BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Sinar Mas Land

Deretan Investasi Laris Manis di Tengah Pandemi

Kompas.com - 23/04/2020, 13:03 WIB
Hotria Mariana,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Tak dapat dimungkiri bahwa perekonomian global, termasuk Indonesia, tengah bergejolak lantaran gempuran pandemi. Hingga kini, tidak ada yang tahu sampai kapan kondisi ini akan berlangsung.

Guna mengantisipasi dampak yang tidak diinginkan, investasi menjadi salah satu cara jitu untuk menyelamatkan keuangan sekaligus sebagai jaminan akan ketidakpastian masa depan.

Menukil Kontan, Selasa (7/4/2020), pakar investasi Freddy Tedja mengatakan, memilih untuk memegang uang tunai memang membuat kita bisa dengan mudah menggunakannya jika ada kebutuhan mendesak.

Namun demikian, Freddy mengingatkan, nilai uang tidak akan berkembang dan justru tergerus inflasi.

“Jadi, tetaplah berinvestasi sesuai profil risiko untuk mencapai tujuan investasi jangka panjang,” katanya.

Lagi pula, pemerintah sudah memberlakukan aturan agar masyarakatnya tetap berada di rumah. Ini berarti, sejumlah pengeluaran, seperti travelling, ngopi-ngopi, nongkrong, nonton bioskop, dan mudik dapat Anda alokasikan untuk investasi.

Nah, berikut adalah tiga pilihan investasi dengan keuntungan menjanjikan alias profitable yang bisa Anda pilih.

Properti

Produk properti seperti hunian merupakan salah satu jenis investasi aman karena faktor kebutuhan dan harganya yang selalu naik. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan dua keuntungan sekaligus, yaitu pendapatan sewa dan capital gain.

Terlebih lagi, pasar properti saat ini sedang gencar-gencarnya menawarkan berbagai promo, bonus, dan kemudahan-kemudahan lainnya.

Dilansir dari Kompas.com, Sabtu (18/4/2020), Country Manager Rumah.com Marine Novita menuturkan, secara historikal penjualan properti relatif cenderung turun saat bulan Ramadhan.

Pola tersebut, kata Marine, terbentuk dari kebiasaan para calon pembeli yang menunda melakukan transaksi hingga satu bulan setelah Lebaran, bahkan hingga mendekati tahun baru.

"Apalagi seperti saat ini sedang berlangsung pandemi, maka penjualan properti akan semakin turun dibandingkan periode Ramadhan sebelumnya," terang Marine.

Melihat tren seperti itu, di mana pasar properti cenderung berpihak pada pembeli, Marine mengungkapkan, kondisi tersebut bisa dimanfaatkan para pencari properti untuk mendapatkan rumah dengan harga terbaik.

Baca juga: Tahun Ini Masih Jadi Waktu yang Tepat untuk Beli Rumah?

Nah, dari sekian banyak promosi properti yang ada, program Move in Quickly dari Sinar Mas Land mungkin bisa jadi pilihan Anda.

Digelar mulai Maret hingga Desember 2020 dan terbagi menjadi tiga periode, program tersebut menawarkan kemudahan dan keringanan harga sehingga konsumen dapat memiliki hunian dengan cepat.

Adapun keringanan tersebut berlaku untuk sistem pembayaran KPR Express dan tunai. Namun, besaran keringanan bakal berbeda tiap periodenya.

Periode pertama pada 22 Maret–30 Juni 2020, misalnya. Pada periode ini konsumen bisa menikmati keringanan lebih besar, yakni 15 persen jika membayar lewat KPR Express dan 20 persen untuk pembayaran tunai.

Sementara itu, pada periode kedua yang digelar pada 1 Juli–30 September 2020, besaran keringanan untuk masing-masing sistem pembayaran menjadi 10 persen dan 15 persen.

Terakhir, pada periode ketiga pada 1 Oktober–31 Desember 2020, konsumen hanya mendapat keringanan harga sebesar 5 persen dan 10 persen.

Dengan segala skema tersebut, ini berarti makin cepat belinya, makin besar dibayarinnya. Belum lagi adanya tambahan cash back Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang berlaku pada setiap periode.

Jika Anda tertarik, tak ada salahnya kunjungi tautan ini atau hubungi nomor telepon 02153159000 untuk informasi lebih lanjut.

Emas

Dilansir Kontan, Selasa (31/3/2020), emas menjadi instrumen investasi paling bersinar dan mendapat cuan selama kuartal pertama 2020. Bahkan, prediksinya akan terus dilirik jika ketidakpastian ekonomi akibat wabah masih berlanjut.

Sama seperti properti, logam mulia merupakan salah satu instrumen investasi yang juga terbilang aman karena minim risiko.

Hal tersebut dilihat dari harga emas yang relatif stabil, malahan cenderung naik dari waktu ke waktu, sehingga Anda akan mendapatkan keuntungan lebih tinggi ketika menjualnya kembali.

Emas juga menjadi jenis investasi yang paling liquid alias mudah dicairkan kapan saja, sehingga memudahkan Anda ketika tengah menghadapi situasi darurat.

Meski begitu, sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada logam mulia, Anda perlu mempertimbangkan dua hal.

Baca juga: Investasi Emas Online, Ini Untung dan Ruginya

Pertama, harga jual dan buyback–nilai yang berlaku ketika Anda menjual kembali emas kepada gerai logam mulia. Kedua, jangka investasi.

Menilik berita Kompas.com, Kamis (16/4/2020), harga jual emas batangan PT Aneka Tambang (Antam) per hari itu berada di angka Rp 939.000 per gram dengan nilai buyback Rp 837.000.

Bila merujuk data tersebut, maka begini ilustrasinya.

Anda membeli emas pada siangnya, tapi dalam beberapa saat kemudian harus menjualnya kembali lantaran kebutuhan mendesak, maka akan ada selisih cukup besar antara harga jual dan harga buyback.

Itulah mengapa pergerakan harga dan jangka investasi perlu dipertimbangkan. Dengan harga yang cenderung mengalami kenaikan, maka emas lebih cocok dijadikan investasi jangka panjang.

Saham

Penurunan sekitar 30 persen Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi pada awal Maret 2020 membuat harga saham menjadi murah.

Kondisi serupa masih berlanjut hingga Rabu (15/4/2020), di mana indikator kinerja bursa saham merosot 1,71 persen dan berhenti di 4625,9. Jika dihitung sejak awal 2020, artinya, IHSG masih minus 26,57 persen, sebagaimana dilansir Kontan, Kamis (16/4/2020).

Melihat pergerakan IHSG yang merosot seperti itu, praktisi bisnis Rhenald Kasali mengatakan, kondisi tersebut bisa dimanfaatkan untuk berinvestasi saham. Pasalnya, ini adalah momen ketika pasar saham "sedang diskon".

“Ketika harga saham sedang murah, (ini menjadi) kesempatan untuk membeli (saham). (Namun) dengan syarat dan ketentuan berlaku tentunya, terutama dengan saham-saham blue chip, saham-saham yang governance-nya baik, bukan saham-saham 'gorengan'," kata Rhenald dalam Kompas.com, Rabu (25/3/2020).

Meski begitu, Rhenald memberi sedikit catatan. Ia menyarankan untuk menjadikan saham sebagai investasi jangka panjang (long term) bukan jangka pendek (short term). Hal ini mengingat tujuan akhir berinvestasi adalah untuk mengumpulkan kekayaan, sehingga membutuhkan waktu.

Lagi pula, lanjut Rhenald, itu didasari pertimbangan saham-saham yang mengalami penurunan drastis kemungkinan akan kembali menguat beberapa tahun ke depan.

Selamat berinvestasi, semoga cuan!


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com