Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Tingginya Kebutuhan Valas dan PSBB Jadi Faktor Pelemahan Rupiah

Kompas.com - 29/04/2020, 11:22 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sempat melemah dalam beberapa hari ini. Pada Selasa (28/4/2020), rupiah ditutup melemah di level Rp 15.380 dari level sebelumnya Rp 15.310.

Namun pada awal perdagangan di pasar spot Rabu (29/4/2020), rupiah kembali menguat ke level Rp 15.376 per dollar AS. Menguat 68 poin (0,44 persen) dibandingkan penutupan sebelumnya pada level Rp 15.444 per dollar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, rupiah memang berfluktuasi karena faktor teknikal yang berbeda-beda setiap hari. Berbagai berita perkembangan turut mempengaruhi fluktuasi nilai tukar.

Baca juga: Rupiah Bergerak Menguat, Ini Penyebabnya

Dari dalam negeri misalnya, rupiah cenderung tertekan karena relatif tingginya kebutuhan valuta asing dari koorporasi pada akhir bulan dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan sejumlah wilayah.

"Dari luar, prediksi Fitch terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun di level 2,8 persen, lebih rendah dari (tahun) sebelumnya. Meski (perkiraan) itu lebih tinggi dari perkiraan kami 2,3 persen tahun ini," kata Perry dalam konferensi video, Rabu (29/4/2020).

Di sisi lain, penguatan rupiah ditopang oleh sentimen positif dari dalam maupun luar negeri. Hal tersebut terlihat dari minat para investor dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) yang diadakan kemarin, Selasa (29/4/2020).

Dalam lelang, jumlah penawaran (bid) masuk mencapai Rp 44,4 triliun dari target maksimal Rp 40 triliun.

"Minat investor baik dari dalam dan luar negeri untuk membeli SBN 2,2 kali dari target lelang. Siang kemarin juga ada penguatan pasar saham di AS dan Eropa," ungkap Perry.

Perry bilang, rupiah yang masih bergerak di level Rp 15.400 - Rp 15.500 masih undervalued. Sebab defisit transaksi berjalan pada kuartal I 2020 hanya 1,5 persen dan diprediksi hanya 2 persen untuk keseluruhan tahun 2020. Defisit yang rendah mendukung penguatan nilai tukar.

"Secara keseluruhan trennya untuk ke depannya sampai akhir tahun nilai tukar stabil dan menguat ke arah Rp 15.000 per dollar AS," sebut Perry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com