Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seandainya Susi Pudjiastuti Jadi Menteri Kesehatan...

Kompas.com - 30/04/2020, 07:15 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak era kepemimpinannya menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan usai, nama Susi Pudjiastuti memang kerap dicatut dalam berbagai posisi. Mulai dari diisukan menjadi calon presiden 2024 sampai bos di sebuah perusahaan BUMN.

Bahkan sekarang, Susi kerap mendapat dukungan untuk menjadi salah satu menteri di Kabinet Indonesia Maju. Di masa pandemi, jabatan Menteri Kesehatan pun dikaitkan oleh pengusaha asal Pangandaran ini.

Banyak pihak berandai-andai bagaimana Susi Pudjiastuti jika menjadi menteri kesehatan dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.

Menanggapi hal itu, Susi mengaku tak tahu banyak soal kesehatan karena background-nya adalah pengusaha di bidang kelautan dan perikanan.

Baca juga: Pengakuan Susi Pudjiastuti: Sulitnya Susi Air di Tengah Pandemi

Namun jika menjadi Menteri Kesehatan, Susi mengaku bakal bahu-membahu bersama Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah untuk mencegah penularan virus.

"Ya tentunya yang bisa saya jawab, mengefisienkan dan mengefektifkan seluruh sistem yang sudah ada di kementerian, di Pemda, di Pemerintah Pusat, sehingga penularan tidak naik dan tidak menjadi persoalan yang besar di kemudian hari," kata Susi dalam konferensi video bersama Kumparan, Rabu (29/4/2020).

Tentu saja, peran masyarakat menjadi penting dalam pencegahan pandemi. Susi pun akan menyosialisasikan secara luas tentang virus corona sejauh yang dia tahu sebagai Menteri Kesehatan, mulai dari cara penyebaran hingga risiko yang ditimbulkan bila virus itu menyerang.

"Sosialisasi kepada masyarakat, saya yakin bukan cuma saya, tapi masyarakat keseluruhan banyak yang tidak tahu dengan apa itu Covid-19, menyerangnya bagaimana? Sebuah sosialisasi yang harusnya di semua daerah, di radio, masyarakat, supaya kita jadi tahu," ujar Susi.

Menurutnya, sosialisasi secara jelas penting mengingat masyarakat Indonesia masih banyak yang menyepelekan bahaya virus Covid-19.

Dia bilang, pemerintah hendaknya tidak perlu mengeluarkan pernyataan yang membuat masyarakat Indonesia menjadi tidak hati-hati, seperti virus corona bisa mati di udara panas/tropis.

"Ada pesan, "Oh, Indonesia ini udaranya panas, Corona mati,". Ya corona mati kena matahari, Tapi di dalam badan kita mau bagaimana. Barangkali yang terpapar tidak akan sebanyak di negara dingin, iya. Tapi jangan disampaikan corona itu akan mati di udara panas," papar Susi.

"Kalau ini disampaikan, tambah lagi orang kita menyepelekan. Karena saya lihat, masyarakat kita nih kadang-kadang menyepelekan. Jadi dianggap tidak berbahaya," sambungnya.

Kendati demikian, Susi mengapresiasi langkah yang telah diambil pemerintah. Bila sempat salah mengambil langkah, hal itu masih dalam taraf wajar.

Pasalnya negara-negara di dunia pun sempat membuat kesalahan penanganan karena semuanya pertama kali menghadapi pandemi yang berbahaya seperti ini.

"Semua pemerintah di dunia ini gagu, membuat kesalahan penanganan. Tidak ada yang perfect 100 persen. Rata-rata terlambat. Saya sih lihat selama ini pemerintah Indonesia telah melakukan arahan yang benar dan ini harus dipenuhi masyarakat. Tapi PSBB harus ada penanganan sosial (bansos)," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Whats New
Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Whats New
Syarat dan Cara Pinjam Uang di Pegadaian, Bisa Online Juga

Syarat dan Cara Pinjam Uang di Pegadaian, Bisa Online Juga

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com