JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar alat kesehatan (alkes) di Indonesia sangat menggiurkan mengingat banyaknya fasilitas kesehatan serta meningkatkan kebutuhan berobat masyarakat. Di tengah pendemi virus corona (Covid-19), permintaan alkes melonjak tinggi.
Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Alat Kesehatan (Aspaki), Ahyahuddin Sodri, mengatakan pasar alat kesehatan di Indonesia sangat menjanjikan dengan nilai mencapai 2,2 juta dolar AS per tahun.
"Pasar alat kedokteran sangat besar, di Indonesia bisa mencapai 2,2 milliar dolar AS per tahun. Namun, sayangnya Indonesia sangat tergantung kepada produk impor," kata Ahyahuddin dikutip dari Antara, Rabu (20/5/2020).
Di Indonesia, ia mengemukakan, kalau dilihat dari strukturnya, potensi itu terdapat di sekitar 3.000 rumah sakit, 9.000 puskesmas dan klinik swasta.
Baca juga: KPPU Akan Minta Keterangan Erick Thohir Terkait Mafia Impor Alat Kesehatan
Dia mengungkapkan banyaknya produk impor alat kesehatan disebabkan beberapa faktor. Kondisi ini yang seharusnya jadi motivasi untuk tidak bergantung pada alkes impor.
"Tata niaga alkes juga dicirikan oleh standar keamanan pasien yang tinggi dan bukan produk masal. Beberapa produk alkes hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh pasar," kata Ahyahuddin.
Menurut dia, tata niaga bisnis alat kesehatan di seluruh dunia diatur dengan ketat oleh regulasi, The Conformitè Europëenne (CE) di Eropa, The Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat.
"Begitu pula di negara China, Jepang dan Australia. Indonesia harus mengatur lebih ketat arus barang impor dengan regulasi (misalnya penerapan SNI dan uji produk impor)," terang Ahyahudin.
Baca juga: Produsen Alat Kesehatan Buka-bukaan Soal Banyaknya Mafia yang Disinggung Erick Thohir
Akan tetapi, lanjut dia, membatasi produk impor tanpa mempersiapkan kemampuan industri dalam negeri akan menjadi langkah yang tidak tepat untuk menjaga ketersediaan barang.
Apalagi, alat kesehatan sangat penting keberadaannya bagi fasilitas kesehatan dan menyangkut nyawa jutaan orang di Indonesia.
"Kalau keliru (mengambil kebijakan) akan menggangu pelayanan rumah sakit dan pasien," ungkap Ahyahudin.
Dikatakan Ahyahudin, produsen alat kesehatan dalam negeri sebenarnya terus berupaya mengurangi ketergantungan pada barang impor. Kendati demikian, pihaknya juga mendorong pemerintah mengambil sejumlah kebijakan yang bisa menjadi stimulus bagi industri alkes dalam negeri.