Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang P Jatmiko
Editor

Penikmat isu-isu ekonomi

Pandemi Covid-19, Akhir dari Tren Leisure Economy?

Kompas.com - 27/05/2020, 11:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Seorang teman pemilik bisnis travel yang berbasis di Tokyo, Jepang bercerita ke saya, bahwa hari-hari ini publik Jepang sudah mulai leluasa bepergian ke luar rumah. Mereka bisa kembali nongkrong dan menjejali pusat-pusat perbelanjaan.

Saya bertanya, apakah ini artinya turis mancanegara bisa kembali plesiran ke Jepang? Dan jawaban dia, ternyata berbeda dengan apa yang saya pikirkan.

“Kalaupun turis asing boleh masuk, belum tentu wisatawan dari Indonesia diizinkan datang ke Jepang. Kan tahu sendiri, data soal Covid-19 di Indonesia tak bisa menjadi patokan,” kata dia sambil tertawa.

Saya ikut meringis. Antara lucu dan ironi. Tapi memang demikianlah yang terjadi.

Bahwa kelas menengah yang selama ini gemar menghabiskan uang dengan jalan-jalan ke luar negeri, akan sangat mungkin gigit jari. Setidaknya dalam waktu dekat ini.

Baca juga: Pandemi Corona, Luhut Ingin Pengembangan Wisata Danau Toba Tetap Berjalan

Uang mungkin masih ada. Yang berasal dari sisa-sisa sebelum pandemi terjadi, maupun refund tiket yang tak diberikan dalam bentuk tunai, tapi berupa credit di maskapai tertentu.

Ini memungkinkan para kelas menengah untuk kembali bepergian setelah pandemi reda. Namun, apakah memang demikian?

Ekosistem yang Perlahan Membesar

Pada tahun-tahun sebelumnya, leisure economy menjadi salah satu tumpuan harapan perekonomian banyak negara. Naiknya pendapatan pekerja ditambah dengan bermunculannya maskapai bertarif hemat, menjadi pendorong tumbuhnya demand di sektor leisure.

Di sisi lain, hadirnya berbagai platform digital seperti Airbnb dan sejenisnya, memunculkan suplai baru untuk menjawab kebutuhan traveller yang pola konsumsinya berubah.

Ekosistem dari leisure economy perlahan terbentuk dan membesar. Ekosistem ini tak hanya berisi pelaku bisnis wisata seperti pemilik hotel, restoran serta perusahaan transportasi. Lebih dari itu, perorangan pemilik aset (properti , kendaraan, dsb) turut menikmati kue yang ada dalam di dalam ekosistem ini.

Hal ini pula yang mendorong banyak negara berlomba-lomba menarik wisatawan. Mulai dari menyediakan berbagai infrastruktur, hingga memberikan bermacam-macam insentif bagi wisatawan asing, seperti halnya bebas visa, dan sebagainya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Whats New
Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Whats New
Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Whats New
Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com