Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adu Kuat Anggaran Belanja Militer China Vs India

Kompas.com - 19/06/2020, 10:48 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Kawasan perbatasan India-China tengah memanas. Tentara penjaga perbatasan kedua negara terlibat bentrokan berdarah dan menewaskan setidaknya 20 orang pasukan India, sementara China belum merilis laporan resmi jumlah korban di pihaknya.

Baik China maupun India, kedua sama-sama meningkatkan jumlah personil tentara di perbatasan, termasuk menambah artileri, pesawat tempur, dan kendaraan lapis baja di dekat perbatasan.

Dengan situasi di ambang perang, sebenarnya seberapa kuat militer kedua negara dilihat berdasarkan pertahanannya?

Dikutip Kompas.com dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), sebuah lembaga riset kekuatan militer dunia yang berpusat di Swedia, China dan India selama ini jadi negara dengan belanja militer yang boros.

Baca juga: Mengapa Bentrok Tentara India Vs China Pakai Batu, Bukan Senjata?

Anggaran militer China sebagaimana dicatat SIPRI pada tahun 2019 yakni sebesar 261 miliar dollar AS atau sekitar Rp 3.713 triliun (kurs Rp 14.222) atau meningkat sebesar 5,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara India, sebagaimana dicatat SIPRI, anggaran militernya pada tahun 2019 sebesar 71,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.012 triliun. Anggaran militer India tumbuh 6,8 persen dibandingkan tahun 2018.

Dari sisi anggaran, India tertinggal cukup jauh dibandingkan China. Namun India memiliki keuntungan karena mendapatkan sokongan dari Amerika Serikat yang jadi kekuatan militer utama dunia.

India dengan populasi kedua terbesar dunia, saat ini memiliki jumlah tentara sebesar 3.544.000. Jumlah ini lebih besar ketimbang yang dimiliki China yang tercatat memiliki tentara sekitar 2.693.000.

Meski demikian, nilai anggaran militer yang dirilis SIPRI berasal dari sumber yang terbuka masing-masing negara. Artinya, belanja militer setiap negara kemungkinan bisa saja jauh lebih tinggi mengingat kerahasiaan pertahanan negara.

Baca juga: Ada Apa di Balik Perseteruan Militer India dan China?

Terakhir kali, kedua negara terlibat perang pada tahun 1962 yang dimenangi oleh China. Kekalahan India membuat China menduduki secara de facto wilayah pegunungan yang saat ini disebut Aksai Chin.

Kedua negara sama-sama memiliki senjata nuklir, sehingga konflik India-China di sekitar Pegunungan Himalaya ini memicu kekhawatiran global.

Ketegangan dengan China juga membuat sejumlah kalangan di India menyerukan boikot produk negara komunis tersebut. Konfederasi Pedagang India meminta warga India untuk memboikot barang-barang China.

Partai berkuasa dari sayap nasionalis garis keras pendukung Perdana Menteri Narendra Modi, Partai Bharatiya Janata, juga menyuarakan boikot produk Cina dan membatalkan kontrak kerja dengan sejumlah perusahaan Cina.

Baca juga: Konflik Perbatasan dengan China, PM India Sebut Kematian Tentaranya Tak Akan Sia-sia

Pemimpin Partai BJP, Ram Madhav, mengatakan India harus mengurangi impor dari Tiongkok. Dia menegaskan India memiliki potensi untuk memproduksi bahan kimia, ponsel dan lainnya,.

"Kami mengimpor bahan kimia, komponen ponsel dan tombol. Apakah mereka sangat penting untuk diimpor? Barang itu dapat diproduksi di India," ujar Madhav saat berbicara kepada kantor berita India, ANI.

"Kita harus mengurangi impor dari negara lain tetapi khusus dari China," kata Madhav lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com