Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Ini Cara Kerja dan Risiko Produk Pasar Modal Dengan Return Pasti

Kompas.com - 23/06/2020, 13:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Obligasi Negara Ritel ORI017 yang sedang ditawarkan saat ini adalah contoh produk pasar modal dengan tingkat return yang pasti. Penawaran produk ORI kepada masyarakat melalui Bank, Sekuritas, dan Agen Penjual Online yang ditunjuk oleh pemerintah.

Penawaran pertama kali ini, dalam istilah pasar modal disebut penawaran melalui pasar perdana/primer/Initial Public Offering.

ORI017 ini memiliki fitur antara lain tingkat bunga tetap yang disebut dengan kupon, jatuh tempo 3 tahun, dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Sebagai referensi, versi ORI yang mengacu pada kaidah Syariah disebut dengan Sukuk Ritel.

Jika sebelum jatuh tempo, pemegang ORI memerlukan dana, dia bisa menjual kepada pihak lain melalui perusahaan tempat dia membeli pertama kali. Pembelinya bisa merupakan perusahaan itu sendiri, bisa juga investor lain pada harga yang disepakati. Transaksi ini terjadi di pasar sekunder.

Baca juga: Mau Investasi Saat Pandemi, Pilih Reksa Dana Atau Obligasi?

Harga transaksi pada pasar sekunder bisa di atas, di bawah, atau sama dengan nominal pokok obligasi. Tergantung tingkat suku bunga bank pada waktu transaksi, biasanya semakin rendah bunga bank maka obligasi akan semakin bernilai tinggi, dan sebaliknya jika suku bunga bank sedang tinggi, maka harga oblgiasi akan turun.

Apakah ORI ini satu-satunya produk pasar modal dengan return pasti ? Tentu tidak, masih terdapat produk lain dengan fitur serupa antara lain Obligasi, Reksa Dana Terproteksi, dan Repurchase Agreement (Repo).

Produk di atas biasanya memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan ORI dan deposito. Seperti apa cara kerja dan risikonya ?

Obligasi

Obligasi pada dasarnya adalah instrumen berbasis hutang. Karakteristik dari surat hutang adalah memiliki tingkat bunga yang disebut kupon dan jatuh tempo.

Berdasarkan penerbitnya, obligasi yang diterbitkan pemerintah sering disebut Surat Utang Negara (SUN), sementara yang diterbitkan perusahaan swasta disebut obligasi korporasi.

Obligasi biasanya memiliki jatuh tempo 3 tahun untuk ORI dan Sukuk Ritel dengan pembayaran kupon bulanan, 5 – 30 tahun untuk SUN dengan pembayaran kupon 6 bulanan, dan 2 – 7 tahun untuk obligasi korporasi dengan pembayaran kupon 3 bulanan.

Risiko Obligasi

Ada 3 risiko utama dari instrumen berbasis surat hutang adalah fluktuasi harga, risiko likuiditas dan risiko gagal bayar.

Jika dijual sebelum jatuh tempo, harga obligasi dapat sama, lebih tinggi, atau lebih rendah dibandingkan nominal pada saat jatuh tempo. Inilah yang dimaksud dengan risiko fluktuasi harga.

Sebagaimana penjelasan pada bagian awal, faktor suku bunga merupakan penyebab fluktuasi harga. Pada prakteknya, obligasi dengan jangka waktu yang panjang cenderung lebih sensitif dengan perubahan bunga.

Baca juga: MIND ID Terbitkan Obligasi Global Senilai 2,5 Miliar Dollar AS

SUN memiliki jatuh tempo lebih panjang dibandingkan obligasi korporasi sehingga harganya juga bisa sangat berfluktuasi. Penurunan harga 10 hingga 15 persen pada kondisi ekstrem seperti ketika puncak COVID-19 kemarin atau suku bunga sedang naik berturut-turut, bukan kejadian yang aneh pada SUN.

Investor yang umumnya berpikir bahwa SUN itu aman cenderung kaget ketika pertama kali mengalami fluktuasi harga tersebut. Meski demikian, jika dipegang hingga jatuh tempo, harga obligasi akan kembali ke nominalnya.

Untuk obligasi, ada kalanya ketika investor ingin menjual, ternyata tidak ada yang mau beli. Ini yang dimaksud dengan risiko likuiditas.

Permintaan yang relatif minim ini umumnya terjadi pada obligasi korporasi. Hal ini bukan lantaran obligasi korporasi tidak baik, tapi memang transaksi obligasi Indonesia umumnya lebih banyak terjadi pada obligasi pemerintah.

Sementara obligasi korporasi cenderung dipegang hingga jatuh tempo sehingga jarang terjadi transaksi. Hal ini juga merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi risiko tersebut, yaitu dengan berkomitmen memegangnya hingga jatuh tempo sejak dibeli pertama kali.

Yang paling ditakutkan dari investasi obligasi adalah penerbitnya tidak mampu membayar kupon dan atau pokok pada waktu jatuh temponya. Ini yang dimaksud dengan risiko gagal bayar.

Obligasi negara atau SUN pasti aman karena dijamin oleh negara. Jadi risiko gagal bayar ini hanya terdapat di obligasi korporasi. Dan karena itu juga, biasanya obligasi korporasi menawarkan tingkat suku bunga yang lebih tinggi

Karena umur yang lebih panjang, bisa saja pada waktu terbit pertama kali, kondisi ekonomi sangat baik dan kinerja perusahaan baik. Tapi pada saat menjelang jatuh tempo, kinerja perusahaan berubah atau tertimpa musibah COVID-19 seperti pada tahun 2020 ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com