JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menargetkan pertumbuhan penerimaan pajak pada tahun 2021 mendatang sebesar 10,5 persen.
Target tersebut cukup ambisius jika dibandingkan dengan proyeksi realisasi penerimaan pajak tahun ini yang mengalami kontraksi sebesar 9,2 persen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menjelaskan, meski tekanan terhadap penerimaan masih berlanjut tahun depan di sisi lain masih ada peluang-peluang yang belum dijajaki oleh pemerintah.
Baca juga: Bank Dunia: Pemerintah Perlu Reformasi Pajak dan Subsidi
Salah satunya, peluang penerimaan perpajakan dari pergeseran struktur ekonomi yang mengarah ke bidang jasa.
"Jasa ini banyak elektronik, sehingga memang agak ketinggalan kita kalau kita tidak melihat peluang untuk memajaki transaksi elektronik. Ini diperkenalkan perkembangan transaksi elektrobik, pemerintah berusaha mengejar transaksi yang bergeser dari offline ke online," ujar Febrio ketika melakukan rapat dengan Badan Anggaran DPR, Rabu (24/6/2020).
Lebih lanjut dia pun mengatakan, pemerintah masih akan menggerakkan insentif yang tahun ini diberikan oleh pemerintah sebagai daya ungkit bagi dunia usaha.
Beberapa insentif fiskal yang akan dilanjutkan tahun depan adalah penurunan tarif PPh Badan.
Meski di sisi lain, pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan basis perpajakan baik dari obyek dan subyek pajak, serta berupaya untuk meningkatkan kepatuhan para wajib pajak.
"Jadi kurang lebih kalau kita simpulkan, untuk 2021 dukungan pemulihan ekonomi melalui insentif yang tepat harus terus dilakukan. Memberikan insentif melakukan relaksasi prosedur harus dilakukan, menyempurnakan peraturan terus dilakukan," jelas dia.
Baca juga: Total Insentif Pajak untuk Pelaku Usaha Capai Rp 123 Triliun
Di sisi lain, pihaknya juga akan melakukan pengembangan layanan kepabeanan dan cukai berbasis digital, serta melakukan ekstensifikasi atau perluasan barang kena cukai.
"Harapannya, di 2021, kita akan membaik perekonomiannya tetap dengan risiko. Harapannya penerimaan perpajakan ikut membaik di 2021," ujar Febrio.
"Jadi kalau kita akan sangat dalam di 2020 ini, saat ini kita gunakan asumsi -9,2 persen, sangat dalam koreksinya, harapannya 2021 itu kita punya 2 skenario. Dan ini dengan segala kerendahan hati terlihat kita acknowledge ketidakpastian itu. Sehingga batas bawahnya kita taruh pertumbuhan 2,56 persen, batas atas bisa 10,5 persen," jelas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.