Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Marwan Jafar
Koordinator The Independent Community for Peace and Hummanity

Koordinator The Independent Community for Peace and Hummanity

 

Peluang Indonesia Merebut Keuntungan dari Perang Dagang AS-China

Kompas.com - 30/06/2020, 13:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


SEJAK awal 2018 lalu, dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat (AS) dan China, telah terkunci dalam perang dagang yang sengit.

Terhitung sejak Maret 2018 hingga 20 Juni 2020, AS telah memberlakukan 11 kali penyesuaian tarif dagang. Total tarif AS yang diterapkan secara eksklusif untuk barang-barang China adalah sebesar 550 miliar dolar AS.

Sedangkan, China telah menerapkan 14 kali penyesuaian tarif dagang. Total tarif China yang diterapkan secara eksklusif untuk barang-barang AS adalah 185 miliar dolar AS.

Peluang Indonesia

Hasil studi UNCTAD (6/11/2019), mengungkapkan, perang dagang membuat kawasan ASEAN menjadi pihak yang diuntungkan termasuk Indonesia.

Indonesia merupakan salah satu anggota G20 dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia dan disebut sebagai newly industrialized country.

Indonesia merupakan negara dengan nominal Pendapatan Domestik Bruto (PDB) terbesar ke-7. Pada 2019, nilai PDB Indonesia mencapai 40 miliar dolar AS, dan diperkirakan akan melampaui 130 miliar pada 2025.

Ilustrasi uangpsphotograph Ilustrasi uang

Namun demikian hingga saat ini banyak perusahaan Amerika yang keluar dari China enggan berinvestasi di Indonesia. Ada beberapa faktor tidak diliriknya Indonesia, di antaranya tidak adanya strategi yang jelas untuk menarik investasi asing yang dimiliki Indonesia.

Berbeda dengan Vietnam yang memiliki cetak biru strategi investasi yang dijalani dengan konsisten seperti adanya kepastian regulasi, perizinan yang tidak berbelit-belit, pemberian insentif yang besar dari tax holiday, tax allowance.

Selain itu faktor kemampuan diplomasi para menteri di bidang ekonomi Indonesia sangat lemah. Akibatnya realisasi investasi yang masuk Indonesia menurut BKPM berdasarkan Lokasi dan sektor Periode Januari - Maret (Triwulan I) Tahun 2020 jumlah proyek hanya 11.623 dengan nilai investasi 6.803,6 dolar AS

Jika Indonesia meniru apa yang dilakukan Vietnam, setidaknya Indonesia memiliki empat peluang untuk memetik keuntungan dari perang dagang AS-China.

Pertama, meningkatkan investasi langsung, terutama karena potensi relokasi bisnis perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dari China.

Kedua, meningkatkan investasi langsung, terutama karena potensi relokasi bisnis dari China. Sejauh ini di China beroperasi ribuan korporasi global. Di Shanghai saja, menurut Komisi Perdagangan Kota, terdapat 701 korporasi global per akhir Agustus 2019.

UNCTAD menyebutkan korporasi global yang kini berpusat di China mungkin akan merelokasi bisnisnya ke ASEAN. Sektor-sektor yang berpotensi direlokasi ke Indonesia di antaranya adalah IT, otomotif, dan garmen.

Ilustrasi perang dagang AS-China.SHUTTERSTOCK Ilustrasi perang dagang AS-China.

Ketiga, Indonesia dapat meningkatkan ekspornya, karena AS dan China merupakan negara eksportir terbesar.

Ketika AS menghambat perdagangan untuk produk ekspor China, maka memberi peluang bagi produk ekspor Indonesia ke pasar AS. Produk ekspor yang dapat memanfaatkan peluang pasar AS terutama tekstil dan alas kaki.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Earn Smart
Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Whats New
Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Whats New
Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Whats New
Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Whats New
Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Whats New
Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Whats New
Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Whats New
Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Whats New
Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Whats New
Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com