Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Kapan Penerbangan Kembali Normal?

Kompas.com - 13/07/2020, 06:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BADAI Covid-19 yang melanda dengan dahsyat membuat dunia penerbangan di seluruh permukaan bumi ini “ambyar”. Corona Virus Covid 19 yang penularannya melalui droplet antar manusia dengan manusia telah menyebabkan risiko tinggi bagi para air traveller, mereka yang bepergian menggunakan moda transportasi udara.

Itu sebabnya maka terjadi penurunan yang drastis dari penumpang pesawat terbang. Tidak hanya penurunan drastis dari para penumpang untuk rute domestik, akan tetapi juga penumpang rute internasional. Lockdown yang dilakukan beberapa negara sebagai langkah pencegahan penyebaran virus secara otomatis menghentikan rute penerbangan antar bangsa.

Sementara itu protokol kesehatan yang mengharuskan pemakaian masker, jaga jarak dan sering cuci tangan serta persyaratan dokumen administrasi “bebas covid19” menambah lagi turunnya minat orang bepergian menggunakan moda angkutan udara.

Maskapai penerbangan di seluruh dunia, seolah mendapat aba-aba yang serentak, telah melakukan setidaknya beberapa hal yang sama sebagai berikut. Pemangkasan biaya di segala lini yang antara lain berwujud PHK bagi para pekerja termasuk pilot dan kru lainnya. Memohon bantuan dana talangan dari pemerintah, dan meng-grounded alias memarkir sejumlah besar armada pesawatnya.

Baca juga: Imbas Corona, Sejumlah Maskapai Parkir Pesawat di Gurun, Buat Apa?

Masalah yang dihadapi bersama oleh seluruh maskapai penerbangan adalah lebih banyak pelanggan yang membatalkan penerbangan dari pada para pelanggan yang datang memesan tiket untuk terbang. Kekhawatiran orang akan tertular covid-19 dalam penerbangan dan lebih-lebih lagi dengan beberapa tambahan regulasi penerbangan terkait dengan protokol kesehatan telah serta merta membunuh selera orang untuk terbang.

Covid-19 telah benar-benar menghantam dunia penerbangan yang rentetannya sampai berdampak kepada pabrik pesawat terbang dalam penjadwalan alur production line sebagai akibat banyaknya pembatalan dan atau penundaan pesawat terbang baru dari maskapai penerbangan.

Covid –19 telah membuat industri penerbangan mengalami apa yang dikenal sebagai global shock.

Dibandingkan dengan apa yang terjadi pasca tragedi 911 di tahun 2001 dan juga wabah SARS, berbagai data menunjukkan pemulihan kembali ke normal dalam dunia penerbangan membutuhkan waktu 1 hingga 1 setengah tahun. Dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19 ternyata jauh lebih besar dari 911 dan SARS.

Dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19 dapat dikatakan melanda ke seluruh penjuru dunia. Inilah yang membedakannya dengan 911 dan SARS.

Besarnya korban yang berjatuhan di banyak negara telah membuat ketakutan yang luar biasa bagi orang-orang yang biasa bepergian menggunakan transportasi udara. Bagi yang terpaksa atau harus melakukan perjalanan pun, merasakan ketidak-nyamanan dalam perjalanannya.

Bayangkan bila harus antre 3 hingga 4 jam di bandara sebelum berangkat dan setibanya di tempat tujuan harus pula menjalani pemerikasaan panjang dari prosedur adminstrasi tambahan dan bahkan karantina untuk kasus tertentu. Siapa yang mau bepergian?

Baca juga: Luhut: New Normal di Sektor Penerbangan Akan Segera Diaplikasikan

Kesemua itu menurunkan dengan drastis minat bepergian menggunakan pesawat terbang. Dibutuhkan sebuah program khusus nantinya yang berupa restoration of confidence bagi para calon penumpang pesawat terbang. Program untuk mengembalikan kepercayaan agar orang kembali mau menggunakan transportasi udara.

Dari banyak kajian yang dilakukan oleh para ahli dan pengamat penerbangan, maka pemulihan kembali sistem transportasi udara akan membutuhkan waktu 3 sampai dengan 5 tahun.

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) yang markas besarnya di Montreal Kanada dengan Executive Office di Jenewa Swiss, sangat optimistis bahwa pada tahun 2023 Global Air Transportation System sudah akan menjadi normal kembali.

Sementara itu beberapa pihak lainnya seperti Lembaga S&P Global Rating untuk Financial Research & Analysis yang bermarkas besar di New York memprediksi tahun 2023 belum akan bisa pulih dan akan butuh waktu paling tidak 1 atau 2 tahun lagi untuk bisa kembali normal.

Demikianlah, setidaknya ramalan-ramalan yang muncul dari banyak kajian tentang berapa lama penerbangan akan kembali ke normal ternyata berkisar antara 3 hingga 5 tahun.

Mudah-mudahan Covid-19 akan dapat segera diatasi dan penerbangan akan dapat pulih kembali ke normal mode.

Selamat terbang dan bepergian lagi di tahun 2025!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com