Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Upaya Mati-matian Selamatkan Garuda

Kompas.com - 15/07/2020, 09:16 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menyatakan kondisi keuangan saat ini tengah dalam kondisi berdarah-darah. Utang maskapai penerbangan pelat merah ini masih sangat tinggi, termasuk yang akan segera jatuh tempo, di sisi lain arus kas dalam kondisi semakin menipis.

Utang maskapai flag carrier ini per 1 Juli lalu sudah mencapai 2,2 miliar dolar AS atau Rp 31,9 triliun. Rinciannya, 905 juta dollar AS berasal dari utang jangka pendek, dan sisanya sebesar 645 juta dollar AS dikontribusi dari utang tenor jangka panjang.

Untuk membayar utang yang akan jatuh tempo, Garuda membutuhkan dana segar karena arus kas (cash flow) yang tersisa di perusahaan hanya 14,5 juta dolar AS atau Rp 210 miliar.

Di sisi lain, kondisi industri penerbangan diperkirakan masih mengalami kelesuan dan kemungkinan baru akan pulih dalam beberapa bulan ke depan, lantaran penanggulangan Covid-19 sejauh ini masih dalam tahap pelonggaran aktivitas. 

Baca juga: Hingga Juli 2020, Utang Garuda Indonesia Rp 32 Triliun

Berikut sederet upaya manajemen Garuda Indonesia saat situasi berat seperti sekarang ini.

1. Minta dana talangan pemerintah

Garuda Indonesia akan mendapat dana talangan dari pemerintah sebesar Rp 8,5 triliun menggunakan skema mandatory convertible bond (MCB) atau obligasi wajib konversi. Nantinya, pemerintah akan menjadi standby buyer.

“Karena kami ingin memastikan manajemen harus melakukan upaya semaksimal mungkin untuk bisa memastikan perusahaan ini bisa dijaga kelangsungannya. Jadi tak semata mengandalkan dana talangan,” ujar Direktur Utama Garuda Indonesua Irfan Setiaputra saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Selasa (14/7/2020) kemarin.

Irfan menambahkan, melalui pinjaman tersebut pihaknya mengajukan tenor selama tiga tahun. Sebab, pihaknya perlu melakukan pembenahan di struktur keuangan maskapai pelat merah itu.

“Penting buat manajemen memastikan kami punya cost structure dan fundamental revenue yang kuat ke depannya dan memastikan perusahaan ini bisa bersaing dan menghasilkan laba yang memadai,” kata Irfan.

2. Tawarkan pensiun dini karyawan

Irfan mengatakan, perusahaannya telah menawarkan pensiun dini ke ratusan karyawannya. Opsi pensiun dini kepada karyawan yang usianya di atas 45 tahun. Opsi ini ditawarkan secara sukarela dan tanpa ada paksaan sedikit pun.

Baca juga: Peliknya Keuangan Garuda: Utang Rp 31,9 Triliun, Kas Rp 210 Miliar

“Sampai hari ini sudah 400 karyawan Garuda yang mengambil program pensiun dini. Beberapa mengambil (opsi pensiun dini) karena faktor kesehatan, beberapa mengambil karena mungkin lelah bekerja dan beberapa mereka ambil karena ada opsi yang mereka miliki di luar Garuda,” ucap Irfan.

Selain itu, lanjut Irfan, manajemen juga memutuskan untuk menawarkan cuti di luar pertanggungan atau unpaid leave kepada 800 karyawan yang berstatus perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT).

Selanjutnya, pihaknya juga mempercepat kontrak kerja kepada 135 pilot. Lalu memotong gaji komisaris dan direksi. Penghematan yang bisa dilakukan hingga akhir tahun dari langkah bisa mencapai 67 juta dollar AS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com