Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kelam Resesi Ekonomi Indonesia Tahun 1998

Kompas.com - 04/08/2020, 13:46 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah negara di dunia masuk dalam jurang resesi ekonomi 2020. Mereka yang resmi mengumumkan resesi ekonomi antara lain Amerika Serikat, Hong Kong, Korea Selatan, Singapura, dan Jerman (resesi dunia/resesi ekonomi global).

Perekonomian negara-negara tersebut terhantam pandemi Covid-19 sehingga pertumbuhannya terkontraksi. Dalam perdagangan dan investasi global, negara-negara di dunia saling terhubung. Perekonomian global yang anjlok akan memengaruhi negara-negara di dunia.

Bank Dunia memproyeksikan perekonomian global tahun 2020 akan tumbuh minus 5,2 persen. Sementara Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan minus 4,9 persen.

Resesi adalah fenomena alamiah yang menimpa perekonomian. Resesi ekonomi artinya ditandai dengan kontraksi aktivitas ekonomi selama beberapa bulan setelah fase ekspansi (apa itu resesi ekonomi).

Baca juga: Resesi Atau Tidak Resesi, RI Harus Contoh China...

Secara teknis, resesi artinya situasi di mana perekonomian mengalami pertumbuhan negatif selama lebih dari tiga bulan atau dua kuartal berturut-turut.

Indonesia sendiri pernah mengalami resesi ekonomi 1998 (resesi ekonomi Indonesia). Negara dengan populasi penduduk terbesar di ASEAN ini selama bertahun-tahun mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif, tiba-tiba terjun ke jurang krisis ekonomi dengan pertumbuhan yang minus.

Dalam sejarah resesi ekonomi Indonesia, krisis tersebut bahkan sampai jadi pemicu utamanya tumbangnya kekuasaan Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun di Indonesia.

Dampak resesi ekonomi

Dilansir dari Harian Kompas, 21 Desember 1998, krisis ekonomi 1998 dimulai sejak setahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia minus selama 6 bulan di tahun 1997, dan berikutnya masih minus di sembilan bulan pertama tahun 1998.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Resesi

Pemerintah sampai harus meminta bantuan Dana Moneter Internasional (IMF) pada Oktober 1997, meski belakangan bantuan lembaga keuangan global itu tak banyak membantu Indonesia. Bahkan situasi seperti lepas kendali di tahun 1998.

Krisis ekonomi Indonesia bahkan tercatat sebagai yang terparah di Asia Tenggara. Dampak resesi ekonomi seperti efek bola salju, krisis yang semula hanya berawal dari krisis nilai tukar baht di Thailand 2 Juli 1997, dalam tahun 1998 dengan cepat berkembang menjadi krisis ekonomi di Asia Tenggara.

Resesi ekonomi berlanjut lagi menjadi krisis sosial kemudian ke krisis politik yang memaksa Presiden Soeharto saat itu harus meletakan kekuasannya yang sudah didudukinya sejak tahun 1965.

Utang luar negeri membengkak

Salah satu faktor yang memperparah penyebab resesi ekonomi Indonesia adalah besarnya utang luar negeri Indonesia dalam bentuk valuta asing, baik utang pemerintah, BUMN, maupun perusahaan swasta.

Baca juga: Uni Eropa Resesi, Pertumbuhan Ekonomi Minus 11,9 Persen

Dari total utang luar negeri per Maret 1998 yang mencapai 138 miliar dollar AS, sekitar 72,5 miliar dollar AS adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka pendek, di mana sekitar 20 miliar dollar AS akan jatuh tempo dalam tahun 1998.

Sementara pada saat itu cadangan devisa tinggal sekitar 14,44 miliar dollar AS. Terpuruknya kepercayaan ke titik nol membuat rupiah yang ditutup pada level Rp 4.850/dollar AS pada tahun 1997, meluncur dengan cepat ke level sekitar Rp 17.000/dollar AS pada 22 Januari 1998.

Rupiah terdepresiasi lebih dari 80 persen sejak mata uang tersebut diambangkan 14 Agustus 1997.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com