Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Indonesia Diprediksi Turunkan Suku Bunga Acuan 25 Bps

Kompas.com - 19/08/2020, 10:45 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) diprediksi menurunkan suku bunga acuan BI 7-days reserve repo rate (BI-7DRRR) sebanyak 25 basis poin (bps) pada hasil Rapat Dewan Gubernur yang diumumkan hari ini, Rabu (19/8/2020).

Ekonom Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat BI bisa saja menurunkan suku bunga pada Agustus ini, salah satunya surplus perdagangan.

"Yang mengejutkan pasar, Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar 3,26 miliar dollar AS di bulan Juli, jauh lebih besar dari ekspektasi konsensus yang hanya surplus 889 juta dollar AS," kata Satria dalam analisisnya kepada Kompas.com, Rabu (19/8/2020)

Badan Pusat Statistik mencatat, surplus terjadi lantaran ada peningkatan ekspor yang cukup tinggi secara bulanan (mtm) yakni sebesar 14,33 persen. Sementara itu impor justru turun sebesar 2,73 persen secara bulanan.

Baca juga: Suku Bunga Acuan Turun, Apa Kabar Bunga KPR?

Peningkatan ekspor ditopang oleh lonjakan harga komoditas yang mendorong nilai emas (HS71) dan minyak sawit (HS15), di atas ketahanan ekspor manufaktur seperti mobil & suku cadang (HS87), besi & baja (HS72), dan peralatan listrik (HS85).

Di sisi lain, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal II 2020 mencatat surplus sebesar 9,2 miliar dolar AS pada kuartal II 2020, setelah mengalami defisit 8,5 miliar dolar AS pada kurtal sebelumnya.

Membaiknya kinerja NPI tersebut didukung oleh menurunnya defisit transaksi berjalan serta besarnya surplus transaksi modal dan finansial.

Defisit transaksi berjalan tercatat sebesar 2,9 miliar dolar AS (1,2 persen dari PDB), lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya sebesar 3,7 miliar dolar AS (1,4 persen dari PDB).

Transaksi modal dan finansial surplus sebesar 10,5 miliar dolar AS, terutama berasal dari aliran masuk neto investasi portofolio dan investasi langsung. Pada kuartal sebelumnya, transaksi modal dan finansial mengalami defisit 3,0 miliar dolar AS.

Namun, faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Kendati demikian, Satria menilai BI telah cukup nyaman dengan pergerakan mata uang.

Apalagi pada bulan Agustus, mata uang Garuda selalu melemah selama 16 tahun berturut-turut karena kenaikan musiman permintaan dolar untuk repatriasi dan pembayaran hutang luar negeri.

"Pada tahun ini tidak terkecuali. Bulan ini rupiah telah melemah 1,67 persen diperdagangkan pada 14.845 pada hari Selasa. Pengertian kami di sini adalah Bank Indonesia telah cukup nyaman dengan pergerakan mata uang, seperti yang ditunjukkan dengan melonjaknya cadangan devisa," ungkapnya.

Sementara itu, Chief Economist PT Bank Central Asia, David Sumual mengatakan, nilai tukar rupiah yang lemah memang menjadi faktor yang mungkin saja membuat BI menahan suku bunga.

Namun secara fundamental, rupiah masih cukup baik. Pelemahan dipengaruhi oleh kembali bergeraknya ekonomi karena adanya relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Tapi saya pikir mereka (BI) akan menurunkan 25 bps. Harus lihat kondisi dan BI selama ini cukup pruden dan berhati-hati dalam mengambil kebijakan," tuturnya kepada Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com