Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Bukan Menteri tetapi Ikut Sidang Kabinet

Kompas.com - 24/08/2020, 05:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEJAK tanggal 7 Januari tahun 2007 saya ditugaskan oleh Presiden Republik Indonesia untuk memimpin Tim Nasional Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi (TimNas EKKT) untuk selama 3 bulan.

Tim yang dibentuk Presiden berkenaan dengan demikian banyaknya terjadi kecelakaan pesawat terbang pada waktu itu. Penugasan tersebut kemudian diperpanjang 6 bulan, karena antara lain ada tugas tambahan menyelesaikan masalah Ban Uni Eropa.

Sekedar catatan tentang Ban Uni Eropa, sebenarnya letak masalah bukan di Uni Eropa akan tetapi di kita sendiri.

Kala itu realitanya adalah Indonesia memang banyak sekali masalah yang tidak comply terhadap persyaratan International Civil Aviation Safety Regulation dari ICAO (International Civil Aviation Organization).

Celakanya, di tengah perjalanan mengerjakan tugas tersebut terjadi lagi kecelakaan fatal pesawat Garuda Indonesia di Yogyakarta, pada tanggal 7 Maret tahun 2007. Isu liar yang beredar luas waktu itu, penyebab kecelakaan tersebut adalah karena runway di Jogja yang terlalu pendek.

Presiden menanyakan kepada saya, apakah benar Garuda “crashed” karena runway Jogja terlalu pendek. Saya jelaskan bahwa kecelakaan pesawat Garuda di Jogja belum diketahui sebabnya. Yang pasti adalah bahwa kecelakaan tersebut tidaklah semata karena runway di Yogyakarta yang relatif lebih pendek dibanding dengan panjang runway di Soekarno Hatta misalnya.

Setelah sedikit saya jelaskan beberapa perkiraan dari kemungkinan kecelakaan tersebut bisa terjadi, beliau dapat mengerti duduk persoalannya. Selanjutnya Presiden meminta saya untuk menjelaskan hal itu di depan sidang kabinet tentang apa dan mengapa kecelakaan tersebut terjadi.

Tentu saja, maksudnya adalah apa saja kemungkinan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan seperti itu. Penyebab kecelakaan Garuda itu sendiri, hanya KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) yang mempunyai wewenang untuk melakukan investigasi dan menyimpulkan apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan serta mengumumkannya.

Jadi sebenarnya beliau hanya menanyakan saja kesediaan saya untuk memberikan gambaran umum tentang mengapa sampai terjadi kecelakaan pesawat Garuda di Yogyakarta tersebut di forum Sidang Kabinet.

Sebuah kecelakaan yang telah memunculkan isu liar yang berkembang mengenai runway Jogja yang terlalu pendek. Hal itu tentu saja berkaitan dengan penugasan saya sebagai Ketua TimNas EKKT yang baru saja memberikan laporan awal hasil kerja Tim tentang mengapa begitu banyak terjadi kecelakaan transportasi terutama dalam hal ini pesawat terbang, ketika itu.

Demikianlah, maka pada suatu hari yang ditentukan saya datang ke Istana , memenuhi undangan Presiden untuk memaparkan tentang apa saja kemungkinan yang bisa menjadi penyebab kecelakaan pesawat Garuda di Yogyakarta.

Setelah melewati beberapa lapis penjagaan dan pemeriksaan, sampailah saya di depan ruang tempat sidang kabinet akan diselenggarakan. Seperti biasa suasana di Istana yang hening, sepi dan hanya ada beberapa petugas berpakaian safari warna gelap, bertubuh tegap dan bersikap tegas (untuk tidak mengatakannya dengan istilah atau kata “galak”).

Para Menteri dari luar sudah terlihat lengkap di dalam ruangan, sayup sayup terdengar juga canda tawa beberapa dari mereka. Mendekat ke pintu masuk ruang sidang kabinet, datang menghampiri saya seorang petugas berpakaian safari menanyakan kepada saya dengan sopan dan tegas “Bapak mau Kemana?" Saya menjawab dengan santai, “Mau ketemu Presiden”.

Dijawab pula dengan tegas dan mantap, “OK bapak silahkan tunggu dulu ya di situ (sambil menunjuk tempat duduk diluar ruangan) karena Presiden akan memimpin sidang Kabinet dulu”.

“Oh OK, baik terimakasih,” jawab saya.

Belum sempat saya duduk terlihat Presiden datang masuk ruangan dan kalimat pertama dari beliau adalah menanyakan apakah Pak Chappy Hakim sudah datang. Dengan tergopoh-gopoh sang petugas tadi datang lagi menghampiri saya untuk mempersilakan segera masuk ruangan, karena sudah ditunggu Presiden, katanya.

Saya bertanya (setengah bercanda), “Lho katanya Presiden akan sidang Kabinet dulu?”. Sekali lagi dengan sigap dan juga tegas sang petugas menjawab dengan tangkas, “Iya pak ternyata ada perubahan”.

Saya pun tersenyum-senyum sendiri, karena memang dia tidak tahu bahwa pagi itu saya diundang khusus untuk menjelaskan persoalan kecelakaan pesawat terbang di depan sidang Kabinet. Ya itulah nasib kalo bukan Menteri tetapi harus ikut dalam sidang kabinet.

Paparan berjalan lancar, diskusi yang menarik juga berlangsung dengan dinamis dan seluruh peserta sidang kabinet merasa cukup puas dengan penjelasan dari paparan tentang kecelakaan pesawat Garuda di Yogyakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Whats New
Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Whats New
ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Whats New
Kaum Mumpung-mumpung, Maksimalkan Penawaran Terbaik Lazada untuk Belanja Aneka Kebutuhan Ramadhan

Kaum Mumpung-mumpung, Maksimalkan Penawaran Terbaik Lazada untuk Belanja Aneka Kebutuhan Ramadhan

BrandzView
Musim Hujan, Petani Harus Waspadai Serangan Hama

Musim Hujan, Petani Harus Waspadai Serangan Hama

Whats New
Contoh Surat Perjanjian Utang Piutang di Atas Materai yang Benar

Contoh Surat Perjanjian Utang Piutang di Atas Materai yang Benar

Whats New
Pemerintah Belum Berencana Revisi Permendag soal Pengaturan Impor

Pemerintah Belum Berencana Revisi Permendag soal Pengaturan Impor

Whats New
Sebanyak 15 Proyek CCS/CCUS dalam Tahap Studi, Direncanakan Beroperasi Mulai 2030

Sebanyak 15 Proyek CCS/CCUS dalam Tahap Studi, Direncanakan Beroperasi Mulai 2030

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com