JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Pembangunan Asia (Asia Development Bank/ADB) memproyeksi ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi 1 persen di 2020 akibat pandemi Covid-19.
Kontraksi ini merupakan yang pertama kali terjadi lagi di Indonesia sejak krisis keuangan Asia tahun 1997–1998.
Kontraksi juga terjadi di tengah proyeksi pertumbuhan negatif keseluruhan negara Asia berkembang (Developing Asian Country), termasuk Malaysia (-5,0 persen), Filipina (-7,3 persen), dan Thailand (-8,0 persen).
Direktur ADB untuk Indonesia, Winfried Wicklein mengatakan, Indonesia akan terkontraksi meskipun memiliki fundamental makroekonomi yang kuat.
Baca juga: Mau Tukar Valas? Intip Dulu Kurs Rupiah di 5 Bank
"Indonesia diperkirakan akan menghadapi jalur pertumbuhan yang sulit sampai dengan akhir tahun 2020, mengingat besarnya ketidakpastian dalam cakupan dan tren pandemi di Indonesia,” kata Winfried dalam laporan ADB yang dirilis hari ini, Rabu (16/9/2020).
Laporan menyebut, kontraksi disebabkan karena konsumsi Indonesia mengalami kontraksi pada semester I-2020. Hal ini seiring dengan pemotongan belanja oleh rumah tangga dan penundaan investasi oleh dunia usaha.
Permintaan terhadap ekspor Indonesia pun ikut merosot seiring diberlakukannya karantina wilayah di seluruh dunia.
ADB memprediksi, belanja rumah tangga masih akan tetap rendah dalam waktu dekat, mengingat adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menanggulangi penyebaran virus.
"Karena permintaan global dan domestik akan tetap lemah pada 2020, kegiatan perdagangan dan investasi pun akan tetap rendah," papar Winfried.
Baca juga: Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Di Bawah -2,1 Persen akibat PSBB DKI