Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sikap Adaptif Perlu Difokuskan Untuk Tangkap Momentum ‘Shifting to Digital’

Kompas.com - 22/09/2020, 20:30 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 tidak hanya memberikan dampak buruk saja. Nyatanya, masih ada beberapa sektor yang memperoleh untung besar ditengah kondisi sulit seperti ini, misalkan saja sektor teknologi.

Sayangnya tidak seluruh lapisan masyarakat bisa menikmati hal ini lantaran minimnya edukasi. Di sisi lain, tidak sedikit benturan–benturan yang terjadi dalam upaya pengembangan shifting to digital. Misalkan saja kemajuan teknologi yang tidak diiringi oleh kebijakan regulator.

Senior Executive Analyst OJK Digitalisasi dan Inklusi Keuangan Roberto Akyuwen mengatakan, saat ini perbankan harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan nasabahnya atau bersikap adaptif. Misalkan saja ketika perbankan berbicara soal Artificial Intelligence (AI), saat ini malah telah berkembang Cognitive AI.

Baca juga: BI: Digitalisasi Bisa Jadi Motor Penggerak Percepatan Pemulihan Ekonomi

“Bank-bank harus adaptif dan tidak kaku. Tapi bukan hanya dari sisi industri, tapi juga dari regulator yang harus memiliki mindset demikian. Karena perbankan ini kan terbatas pada saluran yang dibuka oleh regulator, jika tidak ada aturan spesifik tentu akan terkendala,” kata Roberto melalui virtual konferensi, Selasa (22/9/2020).

Roberto mengatakan, perubahan yang cukup signifikan terjadi pada penggunaan kartu ATM saat ini yang mulai berkurang. Hal ini menurut dia akibat perubahan perilaku konsumen yang ingin cepat, mudah, bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun.

“Inilah yang harus tergambar dalam digital bank saat ini. Digital bank juga harus paripurna, agar menacpai tinkat efisiensi maksimal. Penyempurnaan adaptasi harus dilakukan, sehingga tersedia payung dan ruang bagi bank pada berbagai skala untuk tumbuh dan berkembang di layanan digital,” jelas dia.

Sementara itu, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Filianingsih Hendarta mengatakan, Bank Indonesia mencatatkan kenaikan metode pembayaran uang elektronik 40,7 persen di tahun 2019, sebelumnya pada tahun 2015 hanya 9,8 persen.

 

Baca juga: Lewat Digitalisasi, Aplikasi Ini Bantu Masyarakat Sadar Pajak

Demikian juga halnya dengan porsi transaksi non bank yang tumbuh 24,7 persen di tahun 2019, jauh melejit dibandingkan tahun 2015 yang hanya 1,5 persen.

Pada awal tahun 2020, perekonomian global dan domestik mengalami tantangan berat. Dari mulai masalah perang dagang, risiko konflik geopolitik dan ekonomi dunia yang tidak kunjung menggeliat. Kondisi ini diperparah dengan kemunculan pandemi Covid-19.

Namun ia menyebut masih ada hikmah dari kondisi pandemi ini, dimana akselerasi digital meningkat seiring kebijakan pemerintah yang mengimbau penutupan beberapa kawasan publik dan penerapan PSBB.

"Dalam konteks ini pebankan butuh mindset kolaborasi untuk meningkatkan kualitas layanannya dengan meemanfaatkan digitalisasi dan persaingan sehat antara pelaku usaha. Finansial stability perbankan harus dirancang dengan benar agar inovasi di sektor keuangan bisa berkembang optimal,” tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Whats New
Simak 5 Tips Raih 'Cuan' dari Bisnis Tambahan

Simak 5 Tips Raih "Cuan" dari Bisnis Tambahan

Whats New
Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Whats New
Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Whats New
Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Whats New
Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Whats New
[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

Whats New
Cara Transfer BNI ke ShopeePay lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke ShopeePay lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Cara Beli Tiket PLN Mobile Proliga 2024 lewat HP

Cara Beli Tiket PLN Mobile Proliga 2024 lewat HP

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com