BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan TikTok

Pola Perilaku Masyarakat Berubah Selama Pandemi, Apa yang Harus Dilakukan Brand?

Kompas.com - 19/10/2020, 17:47 WIB
Alek Kurniawan,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan sejak awal April 2020 disinyalir mengubah pola perilaku (behavior) masyarakat.

Sebelum pandemi Covid-19, masyarakat masih bebas beraktivitas normal di luar rumah. Hal ini berbeda jika melirik kondisi saat ini karena hampir seluruh aktivitas dilakukan dari rumah. Alasannya jelas, yaitu untuk memutus mata rantai persebaran virus corona.

Dalam pergeseran pola perilaku tersebut, teknologi memiliki peran vital. Sebut saja teknologi video conference. Bayangkan bila pada situasi krisis seperti sekarang tidak ada teknologi ini, aktivitas belajar atau bekerja dari rumah bisa jadi terhambat.

Selain itu, teknologi punya peran penting dalam memberikan hiburan kepada masyarakat saat harus berada di rumah dalam jangka waktu lama.

Mengutip Dailysocial.id, Kamis (14/5/2020), serangkaian survei yang dilakukan DailySocial dan Populix menemukan fakta bahwa aplikasi hiburan merupakan salah satu aplikasi yang paling sering diakses oleh pengguna smartphone selama pandemi.

Pada survei itu, sebanyak 66 persen responden menyebut bahwa aplikasi hiburan wajib mereka miliki.

Setali tiga uang, penyedia layanan media streaming atau over-the-top (OTT) juga mencatat adanya peningkatan yang lebih baik dari sisi konsumsi konten dari pengguna dalam beberapa bulan terakhir.

Perubahan perilaku masyarakat seperti yang terjadi saat ini pun diprediksi akan terus berlangsung hingga pandemi usai.

Melihat kondisi tersebut, brand harus jeli melihat peluang. Pekerja di bidang pemasaran harus memahami bagaimana brand mereka akan berinteraksi dengan konsumen di masa mendatang atau pascapandemi.

Ilustrasi perubahan pola perilaku konsumen selama pandemi.DOK. SHUTTERSTOCK Ilustrasi perubahan pola perilaku konsumen selama pandemi.

Kebangkitan digital (the rise of digital)

Pada masa pandemi, terjadi pula lonjakan akses konten streaming dan e-learning. Diberitakan Kompas.com, Jumat (5/6/2020), survei MarkPlus yang dilakukan pertengahan 2020 mencatat adanya peningkatan akses online streaming dari 51,8 persen menjadi 56,4 persen.

Tak hanya itu, preferensi masyarakat terhadap platform serta konten media selama pandemi juga cukup unik. Penyedia jaringan telekomunikasi terkemuka di Indonesia, Telkomsel, mencatat hal ini.

Diberitakan Antara, Jumat (20/3/2020), Telkomsel mendulang peningkatan iklan digital sebesar 7,5 persen, layanan streaming sebanyak 7,3 persen, dan e-learning sekitar 236 persen. Selain itu, ada juga peningkatan sebesar 11 persen dalam pembelian di dalam aplikasi (in-app purchase) pada aplikasi game seluler.

Melihat fenomena itu, marketer tentunya perlu merancang berbagai strategi pemasaran dengan memanfaatkan platform-platform digital agar tetap bertahan.

Fokus ROI

Terbatasnya anggaran iklan yang disebabkan oleh perubahan pasar yang tidak biasa selama pandemi juga membuat para marketer akan lebih fokus pada aspek imbal hasil investasi atau return on investment (ROI).

Untuk meningkatkan ROI, marketer harus jeli terhadap area kinerja utama atau key result area (KRA) guna membantu pertumbuhan penjualan. Seluruh aktivitas dan hasilnya pun harus selalu dimonitor.

Selain itu, marketer atau pengiklan perlu pula membuat tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang untuk menentukan strategi yang ingin diterapkan. Melalui monitoring secara berkala, strategi yang diterapkan juga harus dievaluasi untuk hasil lebih maksimal.

Tak hanya itu, marketer perlu mempertimbangkan untuk beriklan di beberapa media agar menyasar ke target yang lebih luas. Aplikasi konten seperti YouTube dan SHAREit bisa menjadi pertimbangan.

Perlu diketahui, SHAREit yang awalnya beroperasi sebagai aplikasi transfer file telah berubah menjadi aplikasi terdepan untuk menjelajah, mengonsumsi, dan berbagi konten dengan jumlah pengguna lebih dari 1,8 miliar di seluruh dunia.

Selain itu, berdasarkan 2020 Growth Index Report by AppsFlyer, aplikasi yang dimiliki oleh Smart Media4U Technology Pte Limited ini juga telah meraih posisi teratas di antara jaringan iklan (ad networks) di Indonesia.

SHAREit meningkatkan angka penginstalan non-organik dari keseluruhan angka penginstalan aplikasi sebanyak 2.400 persen dan peningkatan jumlah pengguna aplikasi sebanyak 750 persen.

Ilustrasi brand yang memberikan nilai kepada konsumen.DOK. SHUTTERSTOCK Ilustrasi brand yang memberikan nilai kepada konsumen.

Memberikan value

Selain fokus pada ROI dan menjalankan berbagai strategi pemasaran, brand perlu pula merancang komunikasi yang dapat memberikan value atau nilai dari produk yang dijual.

Pasalnya, selama pandemi banyak masyarakat yang mendapatkan tekanan ekonomi sehingga pendapatannya menurun. Oleh karena itu, mereka akan lebih fokus untuk membeli produk yang memiliki nilai dan fungsi.

Brand perlu pula menggali lebih jauh dengan beberapa insight yang didapatkan dari hasil beriklan.

Sebuah aplikasi berbagi konten yang holistik, seperti SHAREit, dapat menyediakan insight-insight penting tersebut. Utamanya tentang konsumsi konten digital dan minat pengguna, serta membantu brand menjangkau target audiens lebih tepat.

Kebiasaan baru (new normal) akan menjadi sebuah permulaan bab baru di dalam buku pemasaran. Perubahan besar ini juga akan berlangsung seiring dengan pergeseran pola perilaku konsumen.

Tentu hal tersebut akan menjadi tantangan sekaligus peluang bagi brand. Hal terpenting adalah brand dan marketer harus beradaptasi dengan baik agar bisa bertahan dan memenangkan “pertarungan”.


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com