Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meningkat di Tengah Pandemi, Kekayaan Global Tembus 400 Triliun Dollar AS

Kompas.com - 23/10/2020, 13:50 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Forbes

JAKARTA, KOMPAS.com - Kendati pandemi Covid-19 telah memukul perekonomian dunia, menyebabkan sebagian besar negara mengalami resesi ekonomi, tapi nyatanya kekayaan global mengalami peningkatan ke level tertinggi sepanjang pandemi.

Berdasarkan laporan Global Wealth Report 2020 yang diterbitkan Credit Suisse, kekayaan global mencapai level tertinggi menjadi 400 triliun dollar AS atau sekitar Rp 5,84 juta triliun (kurs Rp 14.600 per dollar AS).

Total kekayaan rumah tangga secara global itu, naik 0,25 persen atau 1 triliun dollar AS dari posisi di awal tahun ke akhir Juni 2020.

Baca juga: Siapkan Inovasi Baterai Tesla, Kekayaan Elon Musk Melonjak Rp 191 Triliun

Sebagian besar kenaikan kekayaan disebabkan rebound-nya pasar saham setelah anjlok pada Maret 2020 lalu. Pemulihan itu tak lepas dari beragam stimulus yang diberikan pemerintah di berbagai negara untuk mencegah pelemahan ekonomi semakin dalam akibat transmisi virus yang cepat.

"Mengingat kerusakan yang ditimbulkan oleh Covid-19 pada ekonomi global, tampaknya luar biasa bahwa kekayaan rumah tangga telah meningkat," ujar Ekonom Credit Suisse Anthony Shorrocks, dikutip dari Forbes, Jumat (23/10/2020).

Meski begitu, menggali lebih dalam angka tersebut tentu akan menunjukkan jurang yang lebar antara mereka yang semakin kaya dan mereka yang semakin miskin di tengah pandemi.

Volatilitas pergerakkan kekayaan global tahun ini sangat berbeda dari tahun 2019. Tahun lalu, kekayaan global meningkat sebesar 36,3 triliun dollar AS atau 8,5 persen, naik seiring dengan terus melonjaknya pasar saham global.

Tapi pada tahun 2020, di kuartal pertama kekayaan rumah tangga seluruh dunia lebih dulu turun 17,5 triliun dollar AS, karena periode tersebut menjadi awal dari wabah virus corona dan memukul ekuitas. Maka pemulihan di periode berikutnya, total kekayaan rumah tangga menjadi tampak hanya sedikit meningkat.

Baca juga: Terimbas Pandemi, Kekayaan Trump Anjlok Rp 8,8 Triliun

Perputaran kekayaan global sangat berkorelasi dengan pasar saham, dan kepemilikan ekuitas adalah salah satu metrik utama yang memisahkan antara kelompok si kaya dan si miskin. Lebih dari setengah saham yang dimiliki oleh investor Amerika berasal dari 1 persen orang terkaya.

Memang banyak miliarder dunia yang mendapatkan keuntungan dari kondisi pandemi saat ini. Laporan bank Swiss UBS dan PwC awal bulan ini bahkan menghitung kekayaan miliarder dunia melonjak lebih dari 2 triliun dollar AS ke level tertinggi sepanjang masa menjadi 10,2 triliun dollar AS.

Kekayaan yang meningkat selama April hingga Juli 2020 tersebut, tercatat tumbuh 27,5 persen. Memecahkan rekor sebelumnya yang terjadi pada akhir 2017 dengan total kekayaan para miliarder dunia sebesar 8,9 triliun dollar AS.

Di sisi lain, jumlah miliarder dunia juga meningkat dari 2.158 pada 2017 menjadi 2.189 pada 2020.

CEO Amazon Jeff Bezos, CEO Tesla Elon Musk, dan CEO Facebook Mark Zuckerberg menjadi contoh dari sederet miliarder dunia yang menikmati manfaat besar dari pandemi, lantaran kekayaannya mereka terkerek hingga 50 persen.

Data bank menunjukkan bahwa 1.000 miliarder dunia teratas sedikitnya mengalami kenaikan kekayaan 21 persen antara 18 Maret 2020 hingga 30 Juni 2020, periode di mana terjadinya pemulihan pasar saham.

Kekayaan para miliarder memang semakin meningkat, tapi imbas yang nyata dari pandemi Covid-19 tentu dirasakan oleh mereka yang berada di dasar piramida kekayaan.

"Mereka yang keterampilannya rendah, wanita, minoritas, pelaku usaha kecil, semuanya menderita," tulisan laporan Credit Suisse.

Secara global, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyatakan, pada kuartal II-2020 sebesar 9,5 persen wanita kehilangan pekerjaannya, lebih tinggi dari persentase pria yang sebesar 7,5 persen.

Pekerja yang berpendidikan rendah pun mengalami tingkat pengurangan yang lebih tinggi. Misalnya seperti di Kanada, pengangguran meningkat 17,1 persen di antara pekerja yang tidak lulus SMA, sedangkan pengangguran dari lulusan SMA naik 14,7 persen, serta pengangguran dari lulusan sarjana naik sebesar 5,6 persen.

“Mereka yang kehilangan pekerjaan cenderung kemampuan finansialnya menjadi sangat tergerus atau memiliki lebih banyak utang. Perempuan, anak muda dan yang kurang berpendidikan kemungkinan besar merasakan penurunan kekayaan yang relatif pada diri mereka,” tulis Credit Suisse.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Forbes
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com