Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Kupon Sangat Rendah, Penjualan ORI018 Capai Rp 12,97 Triliun

Kompas.com - 23/10/2020, 20:45 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat hasil penjualan Obligasi Negara Ritel seri ORI018 mencapai Rp 12,97 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan pembiayaan APBN 2020, termasuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, Deni Ridwan mengatakan, ORI18 merupakan instrumen Surat Berharga Negara (SBN) ritel ketiga yang ditawarkan di masa pandemi, dan telah menunjukkan hasil penjualan yang sangat baik.

Padahal kata dia, ORI018 ditawarkan dengan kupon terendah sepanjang sejarah penerbitan SBN ritel yaitu 5,7 persen per tahun. Selain itu, masa penawarannya pun relatif singkat yakni 1-21 Oktober 2020.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Terancam Molor dari Rencana Pemerintah

Untuk mengakomodir permintaan masyarakat, pemerintah bahkan harus menaikkan kuota penjualan pada sistem pemesanan secara online atau e-SBN.

"Animo masyarakat yang tinggi menunjukkan bahwa masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga kebiasaan berinvestasi walaupun di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi. Instrumen yang sudah jelas keamanannya seperti ORI menjadi pilihan masyarakat," ujar Deni dalam keterangan resmi, Jumat (23/10/2020).

DJPPR Kemenkeu mencatat, sekitar 56 persen dari 26.160 total investor ORI018 merupakan investor yang sudah pernah membeli SBN ritel. Hal ini sejalan dengan tujuan awal penerbitan yakni untuk memberikan kesempatan bagi pemilik ORI014 yang jatuh tempo pada Oktober 2020 untuk menginvestasikan kembali dananya ke instrumen serupa.

Selain diminati oleh existing investor, ORI018 juga diminati oleh masyarakat yang baru mulai belajar berinvestasi. Terdapat 12.103 investor baru dengan jumlah nominal pembelian sebesar Rp5,18 triliun atau 40 persen dari total nominal ORI018.

Baca juga: Hadapi Transformasi Dunia Usaha, Kemnaker Siapkan Kurikulum Pelatihan Digital

Jumlah investor ORI018 terbanyak dari generasi milenial yakni kelahiran 1980-2000, dengan jumlah 9.127 investor. Total itu sekitar 35 persen dari jumlah investor ORI018.

Meski demikian, volume pemesanan terbesar dilakukan oleh Baby Boomers yakni kelahiran 1946-1964, yang mencapai Rp 5,4 triliun atau 42 persen dari total pemesanan ORI018.

Sementara berdasarkan profesi, jumlah investor ORI018 didominasi pegawai swasta sebanyak 8.693 investor/ atau 33 dari total investor. Namun, secara volume didominasi oleh wiraswasta yang mencapai Rp 5,9 triliun atau 46 persen dari total pemesanan.

Di sisi lain, sejak penerapan Single Investor Identification (SID) terdapat 14.168 investor yang membeli SUN Ritel lebih dari 1 kali (repeating investors). Dari jumlah tersebut, sebanyak 47 investor tidak pernah absen membeli SUN Ritel termasuk ORI018.

Adapun dengan hasil penjualan ORI018, maka dari penerbitan SBN ritel di 2020 yang terdiri dari SBR009, SR012, ORI017, SR013, serta ORI018, pemerintah telah menyerap dana sebesar Rp 71,37 triliun.

Baca juga: BKPM Sebut Tahun Depan 3 Juta Tenaga Kerja Terserap karena UU Cipta Kerja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com