Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akankah BI Turunkan Suku Bunga Acuan Lagi? Ini Kata Gubernur BI

Kompas.com - 27/10/2020, 19:00 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo tidak menutup kemungkinan untuk kembali menurunkan suku bunga acuan BI-7DRR hingga akhir tahun 2020, mengingat tren inflasi yang melandai.

Namun tentu saja, penurunan suku bunga akan melihat kondisi ekonomi baik secara domestik maupun global, sekaligus indikator-indikator nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, dan ketahanan eksternal.

"Kami melihat tentu saja ada ruang penurunan suku bunga. Kami akan terus memantau perkembangan itu sebagai bagian dari RDG (Rapat Dewan Gubernur) di bulan November," kata Perry dalam konferensi pers KSSK IV 2020 secara virtual, Selasa (27/10/2020).

Baca juga: Untuk Ketiga Kalinya, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan Tetap 4 Persen

Perry pun menuturkan alasannya belum kembali menurunkan suku bunga acuan. Pertimbangan utamanya terletak pada menjaga stabilitas nilai tukar sesuai fundamentalnya karena adanya ketidakpastian di pasar global maupun domestik.

Selain itu, Perry meyakini, penurunan suku bunga bukanlah satu-satunya jalan yang harus ditempuh bank sentral. Dalam kondisi pandemi, bank sentral melihat jalur kuantitas lebih efektif alih-alih menurunkan suku bunga.

Tercatat hingga 9 Oktober, BI sudah menyalurkan likuiditas ke perbankan mencapai Rp 667,6 triliun hingga 9 Oktober 2020.

Angka ini mengalami kenaikan dari posisi bulan September 2020. Pada 15 September 2020, BI telah menginjeksi likuiditas (quantitative easing/QE) di perbankan sekitar Rp 662,1 triliun.

"Oleh karena itu juga, kami berterima kasih kepada menteri keuangan yang mempercepat realisasi anggaran, di mana BI juga berpartisipasi dalam pendanaan APBN 2020. Itu adalah jalur kuantitas," sebut Perry.

Baca juga: Suku Bunga Tak Turun, BI Sudah Gelontorkan Likuiditas Rp 662,1 Triliun

Adapun untuk pemulihan ekonomi lebih lanjut, Perry memastikan bank sentral tetap akan berada pada stance kebijakan longgar. Pihaknya pun memperkuat bauran kebijakan dengan 6 langkah.

Langkah-langkah yang diambil, antara lain melanjutkan stabilisasi nilai tukar sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar, dan melanjutkan ekspansi injeksi likuiditas ke pasar keuangan dan perbankan.

Selain itu, BI melanjutkan komitmen pendanaan APBN tahun 2020 melalui pembelian SBN dari pasar perdana, memperpanjang periode ketentuan insentif pelonggaran GWM rupiah sebesar 50 bps bagi bank yang menyalurkan kredit sampai 30 Juni 2021, dan memberikan jasa giro terhadap bank yang memenuhi kewajiban GWM dalam rupiah.

"Kami juga akan melanjutkan perluasan akseptasi QRIS untuk percepatan pemulihan ekonomi dan keuangan digital khususnya UMKM, sebagai bagian dari upaya pemulihan ekonomi nasional," pungkas Perry.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com