Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komite PC PEN: Dunia Alami Resesi Terhebat Sejak PD II

Kompas.com - 05/11/2020, 12:45 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), Raden Pardede mengatakan, kontraksi ekonomi dunia akibat pandemi Covid-19 merupakan yang terdalam sejak perang dunia kedua.

Pada tahun 1945-1946, ekonomi global terkontraksi hingga -15,4 persen. Sementara di tahun 2020 ini, ekonomi dunia diprediksi akan terkontraksi hingga -6,2 persen.

Sedangkan di tahun-tahun sebelumnya, kontraksinya lebih kecil, yakni -2,9 persen tahun 2009, -0,3 persen tahun 2001, -1,3 persen tahun 1982, dan -0,8 persen tahun 1975.

Baca juga: Ekonomi Kuartal III-2020 Minus 3,49 Persen, Indonesia Resmi Resesi

"Dunia (saat ini) mengalami resesi terhebat, sejak perang dunia kedua. Kita bisa lihat (pertumbuhan ekonomi) terakhir yang paling berat adalah tahun 1945-1946 di mana ekonomi dunia mengalami kontraksi," kata Raden dalam Seminar Transformasi Ekonomi Universitas Islam Bandung secara virtual, Kamis (5/11/2020).

Resesi hebat yang terjadi sejak perang dunia kedua ini wajar membuat seluruh negara belajar dan mencari cara penanganan yang tepat. Pemerintah Indonesia, kata Raden, juga mencari cara yang terbaik.

"Kita tentu sangat bersedih dan sangat concern terhadap tingkat kematian yang jumlahnya 13.000 jiwa sekarang ini. Itu kita sangat sesali, mestinya bisa lebih rendah. Tapi kita juga harus membandingkan dengan negara lain dan belajar," ucap dia.

Lebih lanjut Raden mengungkap, pola belajar tiap negara berbeda-beda sehingga penanganannya pun tidak sama. Masing-masing negara melakukan respons sesuai dengan ukuran negaranya.

Karena kondisi penduduk dan geografisnya berbeda, tiap negara pun tidak bisa dibandingkan dalam hal penanganan Covid-19. Negara kepulauan seperti Indonesia misalnya, tidak bisa dibandingkan dengan negara daratan.

Baca juga: Indonesia Resmi Resesi, Pertumbuhan Ekonomi Negatif Diprediksi hingga Kuartal IV

Begitu pula dengan jumlah penduduk. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta tidak bisa dibandingkan dengan jumlah penduduk New Zealand, yang hanya sekitar 4 juta.

"Kemudian sistem pemerintahan yang dianut negara berbeda-beda, mengakibatkan keluaran respons berbeda. Mudah-mudahan ke depan makin lama makin baik cara penanganan kita terhadap Covid-19 ini," pungkas Raden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com