Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Jorjoran Gelontorkan Anggaran PEN, tetapi Laju Konsumsi Masih Tertahan, Kok Bisa?

Kompas.com - 06/11/2020, 11:15 WIB
Mutia Fauzia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi telah menyebabkan perekonomian Indonesia terperosok ke jurang resesi.

Pasalnya, laju perekonomian Indonesia selama dua kuartal berturut-turut telah mengalami kontraksi, yakni -5,32 persen di kuartal II-2020 dilanjutkan dengan -3,49 persen di kuartal III.

Realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III ini pun meleset cukup jauh dari proyeksi pemerintah, yakni di kisaran -1 persen hingga -2,9 persen.

Padahal, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 695,2 triliun untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Baca juga: Cadangan Devisa RI Turun Jadi 133,7 Miliar Dollar AS, BI: Tetap Tinggi

Data terbaru, Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) menyatakan hingga 2 November anggaran PEN baru tersalurkan sebesar Rp 366,86 triliun atau 52,8 persen.

Bila lebih dirinci, penyerapan program Perlindungan Sosial merupakan yang paling tinggi.

Hingga 2 November, realisasinya telah mencapai Rp 176,38 triliun atau 86,51 persen dari pagu Rp 203,9 triliun. 

Selain itu, untuk program kesehatan sudah terealisasi 31,14 triliun dari pagu Rp 87,55 triliun atau 35,57 persen.

Sementara itu, insentif usaha realisasinya Rp 35,49 triliun atau 29,43 persen dari pagu Rp 120,61 triliun.

Sementara pada program lainnya yaitu UMKM, realisasinya Rp 93,59 triliun atau 75,81 persen dari pagu Rp 123,47 triliun, sektoral kementerian atau lembaga dan pemda realisasinya Rp 30,25 triliun atau 28,51 persen dari pagu Rp 106,11 triliun.

Adapun pembiayaan korporasi masih 0 persen dari pagu Rp 53,6 triliun.

Laju konsumsi masih tertekan

Meski realisasi penyaluran bansos sudah cukup tinggi, yakni 86,51 persen dari pagu, nyatanya konsumsi rumah tangga masih tertekan.

Laju konsumsi rumah tangga tercatat masih minus 4,04 persen, meski lebih baik dari kuartal sebelumnya yang minus 5,52 persen.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, konsumsi rumah tangga ini terkontraksi karena daya beli masyarakat yang juga masih rendah.

Baca juga: KPK Inggris Selidiki Dugaan Korupsi Pembelian Pesawat Bombardier oleh Garuda

Meskipun dinilai mulai ada perbaikan dari kuartal sebelumnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com