Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor Komoditas Utama China Tumbuh Melambat pada Oktober, Ini Sebabnya

Kompas.com - 08/11/2020, 20:40 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Bloomberg

BEIJING, KOMPAS.com - Aktifitas impor China naik 4,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, pertumbuhan ini lebih lambat ketimbang pertumbuhan impor pada September sebesar 13,2 persen.

Mengutip Bloomberg, Minggu (8/11/2020), impor komoditas utama China menurun pada Oktober disebabkan oleh faktor musiman, termasuk liburan yang diperpanjang.

Di antara komoditas utama, impor minyak mentah turun ke level terendah dalam 6 bulan terakhir, yakni 42,6 juta ton. Penyebabnya karena kilang minyak swasta kehabisan kuota dan perusahaan milik negara memangkas pembelian.

Baca juga: Neraca Dagang Agustus 2020 Surplus karena Tertolong Harga Komoditas Global

Namun menurut seorang eksekutif senior di China Petrochemical Corp, permintaan minyak mentah kemungkinan akan meningkat sekitar 10 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 550 juta ton lebih karena adanya pemulihan ekonomi.

Sementara itu, pembelian batu bara di bulan Oktober merosot jadi 13,7 juta ton, merupakan yang terendah untuk tahun ini. Tak hanya itu, impor gas alam pun turun ke level terendah dalam 3 bulan, yakni hanya 7,5 juta ton.

Komoditas yang mengalami penurunan impor lainnya adalah tembaga. Tembaga tercatat turun ke level terendah selama lima bulan, meskipun masih naik lebih dari 40 persen sepanjang tahun 2020 hingga Oktober.

Sementara, pembelian bijih nikel (nikel ore) turun dari level tertinggi bulan September tahun 2020, karena adanya jeda permintaan musiman.

Lalu, impor kedelai turun menjadi 8,7 juta ton, merupakan level terendah dalam 6 bulan terakhir. Penurunan impor kedelai ini karena kargo dari Brazil, yang merupakan pemasok kedelai terbesar untuk negara itu, mengalami panyusutan.

Baca juga: China Beli Produk Sarang Burung Walet Indonesia Senilai Rp 2,2 Triliun

Namun impor pada Oktober menjadi lebih tinggi dibanding tahun 2019, karena perlunya pemulihan kawanan babi domestik setelah terjadi demam babi Afrika.

Komoditas terakhir yang mengalami penurunan adalah impor daging dan jeroan. Namun sepanjang 2020, komoditas ini telah mengalami kenaikan sebesar 70 persen menjadi lebih dari 8 juta ton.

Angka itu merupakan rekor lantaran China terpaksa mengimpor lebih banyak protein untuk menutupi kekurangan daging babi di dalam negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com