Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Kredit Lemah, BI Diprediksi Bakal Tahan Suku Bunga Acuan

Kompas.com - 19/11/2020, 12:02 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pengamat menilai Bank Indonesia (BI) akan menunda penurunan suku bunga acuan BI 7 Days (Reserve) Repo Rate (BI-7DRR) dalam Rapat Dewan Gubernur November ini.

Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah memprediksi, BI akan menunda penurunan suku bunga acuan hingga tahun depan.

Pasalnya, BI perlu memberikan waktu kepada perbankan untuk merespon suku bunga acuan yang sudah diturunkan sepanjang tahun ini. Tercatat BI sudah menurunkan suku bunga sebanyak 4 kali, yakni 100 bps.

"Saya perkirakan BI akan mempertahankan suku bunga, walaupun BI punya ruang untuk menurunkan suku bunga karena inflasi yang rendah dan nilai tukar rupiah stabil, cenderung menguat," ucap Piter kepada Kompas.com, Kamis (19/11/2020).

Baca juga: Transmisi Penurunan Suku Bunga ke Kredit Bank Masih Minim, Ini yang Akan Dilakukan BI

Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS), Eric Alexander Sugandi menyebut, penurunan suku bunga lebih lanjut tidak akan terlalu berdampak pada pemulihan kredit bank.

"Karena permasalahan utama kredit perbankan ada di sisi permintaan kredit yang masih lemah," ucapnya.

Sepakat, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, penahanan suku bunga lebih lanjut disebabkan oleh sisi permintaan atau konsumsi masyarakat yang masih lemah, tercermin dari lemahnya permintaan kredit.

Penurunan suku bunga 100 bps yang sudah dilakukan sepanjang 2020 saja belum dapat mendorong permintaan kredit, sehingga penurunan suku bunga lebih lanjut tertahan.

"Oleh sebab itu, penurunan suku bunga acuan lebih lanjut saat ini diperkirakan belum dapat mendongkrak kembali permintaan kredit," ujar Josua.

Justru sebut dia, stimulus kebijakan fiskal akan lebih dapat mengungkit sisi permintaan perekonomian alih-alih penurunan suku bunga lebih lanjut.

Peran kebijakan fiskal yang bersifat countercyclical masih diperlukan di tengah kondisi pandemi Covid-19 dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga.

Tercatat hingga November 2020, realisasi anggaran PEN baru 55,53 persen dari pagu RP 695,2 triliun. Meski perjalanannya sudah cenderung lebih baik, penyerapan ini perlu terus digenjot.

"Sekiranya kebijakan fiskal tersebut dapat mendorong sisi permintaan perekonomian, yang dapat berimplikasi pada peningkatan aktivitas produksi. Maka penurunan suku bunga kebijakan dapat bekerja lebih produktif lagi untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional," pungkas Josua.

Baca juga: BI Diproyeksi Bisa Turunkan Suku Bunga hingga 50 Bps, Ini Sebabnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com