Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Edhy Prabowo Usul Ganti MSG dengan Penyedap Rasa Bahan Dasar Ikan

Kompas.com - 19/11/2020, 14:36 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo, menekankan pentingnya konsumsi ikan bagi anak-anak di seluruh Indonesia. Hal tersebut menjadi penting untuk memastikan kecukupan gizi anak.

Menurut dia, kondisi gagal tumbuh atau stunting masih menjadi isu nyata yang dihadapi anak di Indonesia. Isu ini dinilai tidak seharusnya ditangani sendiri oleh Kementerian Kesehatan, tetapi juga kementerian lainnya.

"Stunting kalau dilihat dari satu sisi saja memang seolah-olah menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan. Padahal, stunting tidak bisa dikaitkan hanya satu kementerian, semua kementerian termasuk KKP," katanya dalam acara Jakarta Food Security Summit-5 secara virtual, Kamis (19/11/2020).

Baca juga: Apa Kabar Wacana Maluku Jadi Lumbung Ikan Nasional?

Untuk itu, konsumsi ikan sejak dini disebut Edhy perlu menjadi sebuah tradisi yang mulai dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia. Pasalnya, ikan memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga mampu mencegah terjadinya gizi kronis.

Edhy pun menyarankan agar ikan tidak hanya dikonsumsi dalam bentuk utuh saja, tapi juga dikembangkan ke produk-produk lainnya.

Ia pun mengusulkan monosodium glutamate (MSG) atau penyedap rasa diganti dengan bahan yang berasal dari ikan.

"Tidak hanya ikan yang raw material, kenapa enggak bisa kita mulai dengan mengganti produk-produk yang menggunakan MSG, chiki dan sebagainya dengan produk-produk berbahan dasar ikan," ujarnya.

Dengan besarnya potensi industri kelautan dan perikanan nasional, komoditas ikan pun disebut mampu menjadi pelangkap kebutuhan hidup lainnya.

"Sektor ini juga bisa digunakan untuk keperluan-keperluan non konsumtif," ucapnya.

Sebagai informasi, Indonesia masih menghadapi tantangan permasalahan gizi buruk, khususnya stunting yang dikhawatirkan akan jadi lebih buruk lagi akibat pandemi Covid-19.

Menurut data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) tahun 2017, prevalensi stunting Indonesia menempati urutan kelima terbesar di dunia. Dari 159 juta anak yang stunting di seluruh dunia, 9 juta di antaranya tinggal di Indonesia.

Hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun 2019 bahkan menunjukkan bahwa prevalensi stunting mencapai 27,67 persen. Artinya, setiap 10 anak Indonesia, ada 3 orang di antaranya yang mengalami stunting.

Baca juga: Menteri Edhy: Tanpa Terumbu Karang, Jangan Pikir Ikan Akan Melimpah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com