Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ADB Beri Pinjaman Rp 8,46 Triliun ke PLN

Kompas.com - 24/11/2020, 19:30 WIB
Rully R. Ramli,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT PLN (Persero) mendapatkan pinjaman senilai 600 jua dollar AS atau setara Rp 8,46 trilliun (asumsi kurs Rp 14.100 per dollar AS) dari Asian Development Bank (ADB).

Pinjaman tersebut diberikan setelah ADB setuju untuk membantu PLN meningkatkan akses listrik dan mendorong energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia bagian timur.

Program tersebut juga mencakup dua hibah, masing-masing senilai 3 juta dollar AS, dari Japan Fund for Poverty Reduction dan Asia Clean Energy Fund.

Baca juga: Dapat PMN Rp 5 Triliun, Ini yang Akan Dilakukan PLN Tahun Depan

Direktur Bidang Energi Asia Tenggara di ADB, Toru Kubo, mengatakan, pinjaman tersebut dimaksudian untuk mendukung upaya PLN meningkatkan akses dan keandalan layanan listrik di 9 provinsi yang tersebar di Kalimantan, Maluku, dan Papua.

"Ini adalah kelanjutan dari tahap pertama program yang dimulai tahun 2017 dan saat itu mencakup 8 provinsi di Sulawesi dan Nusa Tenggara," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (24/11/2020).

Melalui pinjaman tersebut, Kubo berharap PLN dapat memberikan akses listrik ke Indonesia bagian timur yang utamanya berasal dari sumber EBT, seperti pemanfaatan cahaya matahari.

“Listrik yang andal sangat penting agar masyarakat dapat mengakses peluang kerja dan layanan pendidikan serta kesehatan, terutama di masa pandemi penyakit virus corona (Covid-19)," ujarnya.

Baca juga: Sri Mulyani Minta PLN Gunakan PMN untuk Pengembangan Energi Terbarukan

Menurutnya, progran tersebut juga akan mampu mendukung pemulihan ekonomi di Indonesia timur dari pandemi.

Pasalnya, perluasan elektrifikasi di Indonesia timur merupakan bagian penting dari rencana investasi infrastruktur pemerintah, yang bertekad menyediakan listrik di seluruh Indonesia pada 2024.

Pemerintah juga berupaya meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energi total menjadi 23 persen pada 2025, naik dari 13 persen pada 2016.

Selain itu, pemerintah berharap sebisa mungkin meniadakan penggunaan minyak solar untuk mesin pembangkit listrik, dan ini merupakan tantangan yang sangat besar bagi kawasan terpencil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com