Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dollar AS Jatuh ke Level Terendah dalam Hampir 3 Bulan, Investor Serbu Uang Berisiko

Kompas.com - 28/11/2020, 09:56 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Editor

NEW YORK, KOMPAS.com - Nilai dollar AS jatuh mencapai level terendah hampir tiga bulan pada akhir perdagangan Jumat (27/11/2020) waktu setempat, setelah data ekonomi yang kuat dari China mendorong investor menuju mata uang berisiko dan pasar ekuitas memperpanjang reli mereka.

Dollar AS telah jatuh lebih dari dua persen terhadap sekeranjang mata uang lainnya sepanjang bulan ini, setelah kemenangan pemilihan Presiden Demokrat AS Joe Biden dan kemajuan positif vaksin Covid-19, mengurangi permintaan akan tempat berlindung yang aman.

Dikutip dari Antara, dollar Selandia Baru mencapai level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun.

Baca juga: Sepekan, IHSG Melonjak Hampir 4 Persen

Sementara dollar Australia mencapai level September setelah data menunjukkan laba Oktober di perusahaan-perusahaan industri China tumbuh pada laju tercepat sejak awal 2017.

Pound Inggris turun terhadap euro karena Uni Eropa dan Inggris mengatakan perbedaan substansial tetap ada selama kesepakatan perdagangan Brexit.

Hal itu disampaikan ketika kepala negosiator UE bersiap untuk melakukan perjalanan ke London dalam upaya terakhir menghindari akhir yang penuh gejolak dari krisis Brexit lima tahun.

Bersama dengan data dan berita utama Brexit, Erik Bregar, Kepala Strategi Valas di Exchange Bank of Canada di Toronto, mengaitkan penjualan dollar AS akhir bulan karena investor menyeimbangkan portofolio setelah keuntungan bulanan yang solid untuk ekuitas.

"Ada pembicaraan sepanjang minggu bahwa dollar AS akan mengalami gelombang penjualan memasuki Senin (30/11/2020)," kata Bregar.

Baca juga: [POPULER MONEY] Ditjen Pajak Lelang Mobil SItaan | Luhut Puji Edhy Prabowo

Tetapi dengan banyak pedagang AS yang masih berlibur sehari setelah libur Thanksgiving pada Kamis (26/11/2020), Bipan Rai, kepala Strategi Valas Amerika Utara di CIBC Capital Markets, mengatakan volume perdagangan yang lebih tipis kemungkinan melebih-lebihkan pergerakan dollar.

"Ini dimulai dengan data keuntungan industri yang mengesankan di China dan itu diterjemahkan ke dalam latar belakang yang sangat tidak merata untuk likuiditas di zona waktu Amerika Utara," kata Rai.

"Dalam jangka panjang ini mungkin tren yang tepat untuk dolar. Kami pikir dolar memiliki ruang lebih lanjut untuk sisi penurunannya,” tambah dia.

Indeks Wall Street naik, dengan Nasdaq ditutup pada rekor tertinggi, dalam sesi diperpendek pada Jumat (27/11/2020), saat pengecer memulai musim belanja akhir tahun dan rawat inap Covid-19 mencapai rekor.

Dollar terakhir turun 0,24 persen terhadap sekeranjang mata uang utama setelah mencapai 91,756, terendah sejak 1 September.

Baca juga: Awali Tugas Menteri Ad Interim KP, Luhut Serahkan DIPA 2021 dengan Pagu Angggaran Rp 6,65 Triliun

Tetapi tidak sempat mencapai terendah September di 91,737, yang terakhir dicapai pada April 2018.

Dollar Australia,dilihat sebagai proxy untuk risiko bersama dengan mata uang komoditas lainnya seperti Kiwi dan dolar Kanada, menguat 0,41 persen.

Dollar AS terakhir turun 0,23 persen terhadap dollar Kanada, sementara Kiwi naik 0,21 persen terhadap greenback.

Sterling turun 0,45 persen terhadap dollar dan euro naik 0,78 persen terhadap mata uang Inggris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com