Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hingga Akhir Tahun, Satyamitra Kemas Lestari Proyeksikan Raup Pendapatan Rp 1,68 Triliun

Kompas.com - 03/12/2020, 17:11 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – PT Satyamitra Kemas Lestari Tbk (SMKL) memproyeksikan penjualan selama tahun 2020 akan mencapai Rp 1,68 triliun.

Perusahaan di bidang manufaktur kemasan itu memperkirakan penjualan pada Semester II-2020 akan naik sedikit menjadi Rp 850 miliar (62.000 ton) dari Rp 832,47 miliar (60.437 ton) seiring mulai pulihnya kondisi ekonomi.

Direktur Satyamitra Kemas Lestari Heriyanto S Hidayat mengatakan, pandemi Covid-19 yang terjadi sejak bulan Maret 2020 di Indonesia secara umum berdampak terhadap terhambatnya kegiatan operasional perusahaan.

“Pemberlakuan PSBB, menyebabkan tingkat konsumsi masyarakat menurun tajam dan pertumbuhan ekonomi anjlok. PSBB pun terus diperpanjang dan berdampak pada melambatnya kegiatan operasional Perseroan dan proses produksi,” kata Kemas dalam virtual konferensi, Kamis (3/12/2020).

Baca juga: Intip Tiga Tips Bisnis Tetap Untung di Tengah Pandemi dan Resesi

Di sisi lain, para pelanggan juga menghadapi masalah yang sama bahkan sebagian pelanggan menutup kegiatan usaha mereka. Masalah dan hambatan yang terjadi tersebut menyebabkan turunnya perolehan pendapatan, cahsflow pun terganggu.

Sepanjang Januari-Juni 2020, penjualan perseroaan hanya mencapai Rp 832,47 miliar (60.017 ton), turun sedikit jika dibandingkan pada periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 918,69 miliar (60.437 ton).

Laba sebelum pajak Perseroan mengalami lonjakan tajam menjadi Rp 20,14 miliar sepanjang periode Januari-Juni 2020, dibandingkan Rp 765,35 juta yang diperoleh pada periode yang sama tahun 2019.

Pada 23 September 2020, perseroan telah menggunakan laba bersih tahun 2019 untuk pembagian dividen sebesar Rp 17 miliar atau 83,58 persen dari total laba bersih atau Rp 5 per saham. Perseroan juga menggunakan sebagian laba bersih yaitu 4,92 persen atau Rp 1 miliar sebagai dana cadangan umum dan 11,5 persen dari keuntungan sisanya atau Rp 2,3 miliar yang digunakan sebagai laba ditahan.

Di tahun 2021, perseroan optimis akan pemulihan ekonomi yang terjadi. Apalagi pemerintah telah menunjuk empat sektor industri sebagai prioritas bagi revolusi Industri 4.0. Keempat sektor itu adalah sektor makanan dan minuman, sektor tekstil dan busana, sektor otomotif dan sektor biokimia serta sektor elektronik.

“Pemerintah telah memfokuskan masing-masing sektor menjadi kekuatan besar bagi industri nasional. Sektor makanan dan minuman (mamin) akan menjadi fokus pemerintah sebagai kekuatan besar bagi Indonesia di kancah ASEAN,” ujar dia.

Pemerintah juga akan memfokuskan sektor tekstil dan busana yang selama ini menyumbang 60 persen terhadap PDB manufaktur, menjadi produsen functional clothing terkemuka. Demikian sektor otomotif yang menyumbang 65 persen terhadap ekspor manufaktur dan sektor biokimia serta elektronik yang telah menyerap 60 persen pekerja sektor manufaktur.

Sektor industri tersebut adalah sektor potensial yang selama ini menjadi pasar bagi produk Perseroan. Belum lagi dukungan dari pertumbuhan kelas menengah di tahun-tahun mendatang juga akan memperkuat pasar bagi produk perseroan.

“Propsek Perseroan di masa mendatang akan berjalan seiring dengan pertumbuhan sektor-sektor tersebut. Industri kemasan yang menjadi produk Perseroan, akan memiliki peranan penting bagi sektor-sektor tersebut. Sebab produk kemasan akan menjadi daya saing suatu produk terutama untuk produk-produk yang dikonsumsi langsung oleh masyarakat (consumer goods) dan produk ritel,” tegas dia.

Baca juga: Fokus Pada 3 Domain Bisnis, Telkom Andalkan Talenta Anak Muda

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com