Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Covid-19 Masih Merebak, Industri Hulu Migas Diminta Lanjutkan Optimasi Biaya

Kompas.com - 07/12/2020, 08:31 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), menyatakan, industri hulu migas perlu melakukan optimasi biaya yang berkelanjutan agar tetap bertahan menghadapi situasi global dengan harga minyak rendah dan pandemi Covid-19 yang menyebabkan biaya meningkat.

Kepala Divisi Perencanaan Anggaran SKK Migas Dyah Anjarwati, mengatakan, dari pengalaman berbagai perusahaan, efisiensi biaya harus dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan agar menghasilkan hasil optimal.

Sejak 2017, optimasi biaya menjadi prioritas sebagai bentuk dari pembelajaran pasca penurunan harga minyak secara drastis pada tahun 2015-2016.

Baca juga: Pemerintah Berikan 5 Paket Insentif untuk Genjot Produksi 1 Juta Barrel Minyak Per Hari

Pada 2019, program optimasi menjadi bagian rencana strategis SKK Migas. Hasilnya, tahun 2019, terdapat penghematan biaya hingga 2 miliar dollar AS.

“Di sisi lain, untuk menjaga tingkat produksi, SKK Migas mendorong anggaran yang berdampak pada peningkatan produksi hingga 300 dollar AS juta pada 2019,” kata Dyah dalam keterangan tertulis, Senin (7/12/2020).

Dyah menekankan, SKK Migas berkomitmen melakukan peningkatan berkelanjutan dan berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk lebih mengeksplorasi berbagai potensi optimasi biaya.

“Dukungan dari penyedia teknologi juga diharapkan agar kegiatan eksplorasi lebih akurat, penemuan lebih cepat, serta produktivitas sumur dan keekonomian lapangan meningkat,” katanya.

Sementara itu, General Manager Pertamina Hulu Mahakam (PHM) Agus Amperianto mengungkapkan, Blok Mahakam dapat menjadi contoh penerapan optimasi biaya di lapangan migas di Indonesia.

Dengan lapangan mature yang telah berproduksi lebih dari 45 tahun membuat biaya produksi PHM cenderung meningkat.

“Kami dituntut untuk efisien agar operasi dapat berkelanjutan,” ujarnya.

Tahun 2018, belanja operasional (operating expenditure/Opex) PHM mencapai 1,115 miliar dollar AS. Angka ini meningkat pada tahun 2019 menjadi 1,144 miliar dollar AS. “Opex meningkat sementara produksi menurun,” kata Agus.

Dampaknya, biaya produksi per barrel naik dari 17,9 dollar AS per barel pada 2018, menjadi 22,9 dollar AS per barrel.

Tahun 2020 ini, PHM melakukan optimasi biaya hingga 34 persen. Opex diproyeksikan sebesar 750 juta dollar AS.

Biaya per barrel pun turun menjadi 17,9 dollar AS per barrel. Optimasi biaya ini diperoleh dari optimasi pengeboran, konstruksi, asuransi fasilitas dan sumur, rantai suplai, hingga digitalisasi.

“Hal ini dicapai tanpa mengorbankan integritas operasi,” ucap Agus.

Baca juga: OPEC dan Rusia Sepakat Tingkatkan Produksi Minyak Mulai Januari 2021

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com