Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Rencana Bisnis Bank Syariah Indonesia hingga 2023

Kompas.com - 16/12/2020, 20:40 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski legal merger bakal terjadi pada 1 Februari 2021, PT Bank Syariah Indonesia Tbk sudah mempersiapkan rencana bisnis hingga 2023 mendatang.

Ketua Project Management Office merger PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Hery Gunardi mengatakan, perseroan akan mendesain ulang model bisnis.

"Branding kami sepakat untuk membangun branding yang tidak menggambarkan bank yang eksklusif, tapi lebih inklusif. Menjadi salah satu bank syariah yang lebih universal, bisa merangkul semua nasabah baik milenial maupun non-milenial," kata Hery dalam konferensi video, Rabu (16/12/2020).

Baca juga: Fintech Syariah Jadi Kunci Pengembangan Ekonomi Syariah

Hery menuturkan, bank hasil penggabungan bakal memperluas segmen wholesale. Karena permodalan makin kuat akibat penggabungan 3 bank syariah BUMN, pihaknya bakal membangun anchor client untuk wholesale banking.

"Dari sisi whole sale ini kita juga akan garap value chain, dari segmen wholesale, principle, distributor, penjumlahan bisnis yang optimal. Ini semua dengan prinsip syariah," ucap Hery.

Selain segmen wholesale, pihaknya bakal memperkuat segmen retail dan konsumer. Segmen tersebut akan menjadi basis pembiayaan dengan pola Mitraguna Berkah milik Bank Syariah Mandiri.

"Bank akan compete dari sisi konsumer, baik itu otomotif maupun KPR. Kemudian masuk ke segmen mikro, KUR untuk menyukseskan program pemerintah, dan UMKM yang terintegrated," jelas Hery.

Pengembangan digital banking rencananya pun akan digenjot untuk meningkatkan pengalaman konsumen (customer experience). Begitu juga dengan mengembangkan beberapa produk, seperti fitur gadai emas dan cicil emas.

Tak hanya di dalam negeri, Bank Syariah Indonesia bakal merambah sukuk global. Bila dimungkinkan, bank akan membangun cabang di luar negeri untuk membantu perusahaan RI melakukan right issue.

"Kami sindikasi selama ini cuma ikut-ikut bank unduk. Tapi suatu hari nanti mungkin bisa jadi lead sindikasi untuk pembiayaan yang dibutuhkan di lokal. Kalau nanti ada perusahaan bagus di Indonesia ingin melakukan issue sukuk global, bank ini bisa membantu," kata dia.

Sebagai informasi, bank hasil penggabungan akan memiliki aset mencapai Rp 214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun.

Jumlah aset dan modal inti tersebut menempatkan Bank Hasil Penggabungan dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar dalam 5 tahun ke depan.

Bank hasil penggabungan akan tetap berstatus sebagai perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan ticker code BRIS.

Komposisi pemegang saham pada Bank Hasil Penggabungan adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) 51,2 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) 25,0 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,4 persen, DPLK BRI - Saham Syariah 2 persen dan publik 4,4 persen.

Struktur pemegang saham tersebut adalah berdasarkan perhitungan valuasi dari masing-masing bank peserta penggabungan.

Baca juga: Awali Legal Merger, 3 Bank Syariah BUMN Tanda Tangani Akta Penggabungan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com