JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan, pihaknya berupaya menjaga kestabilan pasokan dan harga kedelai di pasaran.
Setidaknya, ada tiga agenda yang akan dilakukan Kementan.
Pertama, agenda SOS atau tanggap darurat.
Baca juga: Pedagang Nilai Langkanya Tahu dan Tempe karena Minimnya Pengawasan Pemerintah
Dalam 100 hari, Kementan melakukan gerakan operasi pasar untuk stabilisasi harga kedelai menjadi Rp 8.500 per kilogram.
Sebelumnya, harga kedelai mencapai Rp 9.300- Rp 9.600 per kilogram.
Gerakan stabilisasi tersebut berdasarkan kesepakatan bersama antara Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) dan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo).
"Dengan hal ini sehingga ada keseragaman (harga), minimal pasokan kedelai tidak terganggu. Kami berharap 100 hari kondisi (harga kedelai) bisa dinormalkan," kata Syahrul di wilayah produksi tahu-tempe Semanan, Jakarta, Kamis (7/1/2021).
Kedua, agenda temporary system yakni dalam 200 hari ke depan meningkatkan produktivitas kedelai lokal.
Baca juga: Stabilkan Harga dan Pasokan, Kini Kedelai Dijual Rp 8.500 per Kg
Targetnya untuk menekan ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor.
Syahrul menjelaskan, pada agenda ini, dalam 100 hari pertama Kementan akan melakukan persiapan untuk perluasan penanam kedelai, terutama menyiapkan bibitnya.
Maka di 100 hari selanjutnya penanaman pun dilakukan.
"Jadi 200 hari kedepan, akan dilakukan lonjakan produktivitas (kedelai lokal)," kata dia.
Agenda ketiga yaitu permanent system, di mana dalam jangka panjang mendorong Indonesia bisa menyuplai kebutuhan kedelai dalam negeri dari produksi lokal.
Baca juga: Sederet Negara yang Jadi Pemasok Kedelai Impor Terbanyak ke Indonesia
Sehingga pasokan dan harga kedelai pun tak akan terpengaruh pasar global.
"Produksi akan ditingkatkan karena kedelai kita itu pada dasarnya sangat bagus untuk tempe dan tahu," ujar Syahrul.