KOMPAS.com - Kinerja dari rata-rata reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, campuran, dan saham berturut-turut pada tahun 2020 dengan menggunakan sumber data dari Infovesta adalah +4,61 persen, +9,00 persen, -0,36 persen, dan -10,29 persen.
Bagaimana dengan tahun 2021 dan seperti apa persiapan bagi masyarakat yang ingin menjadi investor reksa dana di tahun ini?
Kinerja reksa dana cenderung mengikuti kinerja daripada aset dasar yang mendasarinya. Untuk reksa dana saham, biasanya mengacu pada IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), reksa dana pendapatan tetap mengacu ke Indeks Harga Obligasi (biasanya dikeluarkan oleh IBPA atau Infovesta), dan bunga deposito untuk reksa dana pasar uang.
Baca juga: 2021, Emas Masih Jadi Instrumen Investasi yang Menjanjikan
Bagaimana dengan reksa dana campuran? Karena terdiri dari kombinasi saham, obligasi dan deposito, maka tinggal disesuaikan dengan bobot reksa dana pada masing-masing instrumennya. Jika memang lebih condong ke saham, maka cenderung mengikuti kinerja IHSG dan sebaliknya jika lebih condong ke obligasi maka mengikuti kinerja obligasi.
Bunga deposito perbankan biasanya menggunakan 7 Days BI Reverse Repo Rate atau sederhananya dikenal dengan BI Rate sebagai acuan. Saat ini BI Rate ada di level 3,75 persen dan kemungkinan bisa turun sekali lagi hingga 3,5 persen.
Sehubungan dengan ekonomi yang masih dalam masa pemulihan akibat pandemi COVID-19, rasanya kalaupun tidak turun, maka suku bunga akan bertahan rendah dalam jangka waktu 2-3 tahun mendatang.
Jika BI Rate berkisar di 3,5 – 3,75 persen, maka bunga deposito di BUKU (Bank Umum Klasifikasi Usaha) III dan IV juga biasanya ada di kisaran tersebut.
Untuk Bank BUKU I dan II, biasanya menawarkan tingkat bunga yang lebih tinggi. Untuk anda yang masih awam, kategori BUKU berdasarkan permodalan. Semakin besar modal bank, maka semakin tinggi juga BUKU-nya.
Biasanya reksa dana pasar uang menempatkan depositonya mayoritas pada Bank BUKU III dan IV. Ada juga yang melakukan penempatan pada BUKU I dan II, namun biasanya lebih selektif. Hal ini dilakukan untuk mendongkrak kinerja karena mendapatkan suku bunga yang lebih tinggi.
Baca juga: Instrumen Ini Bisa Jadi Alternatif Investasi untuk Dana Darurat
Alternatif lain bagi Manajer Investasi untuk menaikkan kinerja reksa dana pasar uang adalah berinvestasi pada obligasi jangka pendek < 1 tahun. Biasanya imbal hasil obligasi jangka pendek masih bisa di atas 5 persen, namun relatif sulit untuk dicari di pasaran.
Dengan kondisi yang ada, maka return daripada reksa dana pasar uang di tahun 2021 diperkirakan akan berkisar antara 3,5 – 4,5 persen. Akan sangat sulit untuk mengulang kinerja pada tahun 2020 mengingat bunga deposito perbankan juga sudah turun cukup besar.
Obligasi, terutama yang diterbitkan oleh pemerintah mengalami kenaikan harga yang relatif tinggi di tahun 2020. Karena obligasi (terutama yang diterbitkan pemerintah) harganya bergerak sesuai teori, jika suku bunga turun harga obligasi naik dan jika suku bunga naik maka harga obligasi turun.
Sebagai informasi tahun 2020, BI Rate turun dari 5 persen di awal tahun menjadi 3,75 persen di akhir tahun.
Penurunan dari 1,25 persen ini kurang lebih setara dengan kenaikan 6–8 persen pada harga obligasi pemerintah. Ditambah dengan kupon yang diterima, maka menghasilkan return reksa dana pendapatan tetap sekitar 9 persen. Ada yang lebih rendah, ada pula yang di atas 10 persen.
Untuk tahun 2021, suku bunga walaupun turun, mungkin hanya bisa 1 kali lagi dari 3,75 persen ke 3,50 persen atau turun 0,25 persen. Untuk itu, akan sulit untuk mengharapkan adanya kenaikan harga obligasi yang signifikan pada tahun ini.