Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Indonesia Menguat 17 Persen, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 08/01/2021, 13:13 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude price (ICP) pada bulan Desember 2020 ditetapkan sebesar 47,78 dollar AS per barrel.

Angka tersebut naik 7,11 dollar AS atau 17,4 persen dari bulan sebelumnya 40,67 dollar AS per barrel.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, kenaikan tersebut tak lepas dari proyeksi geliat ekonomi global setelah disetujuinya vaksinasi massal Covid-19 di kawasan Eropa dan Amerika.

"Persetujuan proses vaksinasi menumbuhkan optimisme pasar dan turut memicu permintaan minyak dunia," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (8/1/2021).

Baca juga: Arab Saudi Akhirnya Setuju Pangkas Produksi, Harga Minyak Melonjak

Di samping upaya vaksinasi, Agung menambah, terdapat kesepakatan antara negara-negara Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan aliansinya untuk melanjutkan pemotongan produksi sebesar 7,2 juta barrel per hari mulai Januari 2021.

Pada bulan Desember 2020, OPEC sendiri melaporkan adanya peningkatan permintaan pasokan OPEC untuk tahun 2020 sebesar 0,1 juta barrel per hari dibandingkan proyeksi sebelumnya menjadi 22,2 juta barrel per hari.

Pada saat bersamaan, terjadi penurunan pasokan minyak dari negara-negara non OPEC untuk tahun 2020 sebesar 0,08 juta barel per hari lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, utamanya dari Brazil, AS, Inggris dan Norwegia.

"OPEC memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar 0,1 persen dibanding proyeksi bulan sebelumnya, didukung dari Jepang, Brazil, Rusia dan beberapa negara OECD lainnya," tutur Agung.

Sentimen lain dari kenaikan ICP adalah optimisme pasar terhadap kesepakatan perdagangan antara Uni Eropa dengan Inggris pasca Brexit serta memanasnya kondisi geopolitik di beberapa negara produsen minyak mentah, seperti peledakan 2 sumur minyak di Kirkuk- Irak dan pelaksanaan kembali pembangunan pipa gas nord stream 2 dari Rusia ke Jerman terhadap penerapan sanksi dari Amerika Serikat.

Khusus di kawasan Asia Pasifik dipengaruhi oleh permintaan minyak mentah yang kuat di India sebesar 4,34 juta barrel per hari di kuartal 4 tahun 2020 dengan rata-rata tahun 2020 sebesar 4,14 juta barel per hari, China sebesar 13,98 juta barel per hari di kuartal 4 tahun 2020 dengan rata-rata tahun 2020 sebesar 12,81 juta barrel per hari dan negara-negara kawasan Asia Pasifik lainnya.

Berdasarkan kajian Tim Harga Minyak Mentah Indonesia, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang kuat di China sebesar 2 persen untuk tahun 2020 dan sebesar 6,9 persen untuk tahun 2021 dan Jepang meningkat sebesar 0,5 persen lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yaitu -5,2 persen di tahun 2020 dan 2,8 persen di tahun 2021.

Baca juga: Harga Minyak Menguat ke Level Tertinggi dalam 10 Bulan Terakhir, Ini Penyebabnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com