Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Langkah Grup Salim di Bisnis Perbankan

Kompas.com - 11/01/2021, 09:09 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Langkah Grup Salim untuk kembali melebarkan sayapnya ke bisnis perbankan mulai terang. Hal ini bisa dilihat dari langkah terbaru Grup Salim, lewat PT Indolife Pensiontama membeli 422,8 juta saham PT Bank Mega Tbk (MEGA), bank milik pengusaha Chairul Tanjung.

Sejatinya, kembalinya Grup Salim ke industri perbankan sudah ditandai dengan keseriusannya lewat pengambilan saham di PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA). Saat ini, tercatat Grup Salim memegang kepemilikan sebesar 22,47 persen di BINA.

Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma menilai, masuknya Grup Salim ke bisnis perbankan bukan hal baru. Memang, bila menelisik ke belakang Grup Salim memang pernah tercatat sebagai pemilik PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang saat ini menjadi bank swasta terbesar di Indonesia.

Baca juga: Kerajaan Bisnis Grup Salim, Penguasa Produk Makanan Indonesia

Pasca krisis 1998, Grup Salim kala itu memang harus rela melepas kepemilikan BCA yang kemudian dibeli oleh Grup Djarum. Rekam jejak Grup Salim di perbankan pun sudah berlangsung jauh sebelum itu. Tepatnya sejak 1954 Sudono Salim menjadi pendiri Bank Windu Kencana.

Tidak lama berselang, di tahun 1956 Salim kembali mendirikan bank dengan nama NV Bank Asia. Baru kemudian di 1957 Liem Sioe Liong kembali mendirikan bank yang menjadi cikal bakal Bank Central Asia (BCA).

Suria menambahkan, rencana masuknya Grup Salim di Bank Mega rupanya juga sudah pernah terdengar beberapa tahun lalu. Kalaupun saat ini Grup Salim masuk sebagai pemegang saham 6,07 persen di Bank Mega, menurutnya porsi tersebut tidak terlalu signifikan untuk membuat perubahan kebijakan.

Tetapi, bisa saja Grup Salim memutuskan untuk menambah porsinya di Bank Mega kelak. Hanya saja, untuk saat ini valuasi MEGA menurut Suria tidak bisa dibilang murah.

"BVPS (book value per share) MEGA itu sekitar Rp 2.300. Jadi, saat ini hampir mendekati 4 kali PBV (price book value)," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (10/1/2021) malam.

Dia juga bilang, kalaupun Grup Salim akan menambah porsinya di Bank Mega, kemungkinan besar akan dilakukan di bawah harga sekarang. Sebagai informasi saja, pada perdagangan Jumat (8/1/2021) lalu saham Bank Mega ditutup pada level Rp 8.875 atau naik 19,93 persen dari harga penutupan pada perdagangan sebelumnya.

"Valuasi MEGA sudah premium kalau menurut saya. Bank-bank besar selain BBCA, valuasinya jauh lebih murah," imbuh Suria.

Baca juga: Kini Dimiliki Grup Salim, Bank Ina Gandeng Indomaret dan Indogrosir

Sementara itu, Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib angkat bicara. Menurut dia, dengan masuknya Grup Salim sebagai pemegang saham minoritas perseroan belum akan mengubah fokus bisnis Bank Mega.

Tapi di sisi lain, Kostaman berharap dengan masuknya PT Indolife Pensiontama bisa memberikan nilai tambah (added value) bagi bisnis bank yang dinahkodainya ke depan.

"Fokus bisnis Bank Mega tidak mengalami perubahan," singkatnya.

Corporate Secretary Bank Mega Christine Damanik juga menegaskan, dengan bertambahnya jumlah saham Indolife di Bank Mega sejatinya tidak mengurangi porsi kepemilikan Mega Corpora sebagai induk. Dus, dari segi bisnis dipastikan tidak akan ada perubahan.

Sebagai catatan saja, per 10 Desember 2020 pemegang saham Bank Mega terdiri atas Mega Corpora sebesar 58,01 persen dan publik 41,98 persen.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com