Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekam Jejak Sriwijaya Air, Pemilik hingga Sejarah Berdirinya

Kompas.com - 12/01/2021, 08:55 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sriwijaya Air tengah dirundung masalah. Salah satu armada pesawatnya, SJ182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021) lalu.

Peswat rute Jakarta-Pontianak itu membawa sekitar 50 penumpang yang terdiri dari 43 dewasa, 7 anak-anak, 3 bayi. Ditambah dengan 12 kru.

Hingga saat ini, beberapa serpihan pesawat diduga Sriwijaya Air SJ182 sudah ditemukan. Umur Sriwijaya Air SJ 182 sendiri sudah 26 tahun namun dianggap masih layak terbang.

Sriwijaya Air merupakan salah satu perusahaan maskapai swasta terbesar di Indonesia dari sisi jumlah armada. Nama Sriwijaya sendiri diambil dari kerajaan maritim yang pernah berjaya di Selat Malaka, Kerajaan Sriwijaya.

Baca juga: Erick Thohir Kirim Doa untuk Penumpang dan Awak Pesawat Sriwijaya Air SJ 182

Lalu siapa pemilik Sriwijaya Air dan bagaimana sejarah berdirinya?

Dikutip dari Harian Kompas, Selasa (12/1/2021), Sriwijaya Air dimiliki dan didirikan oleh dua pengusaha nasional, Chandra Lie dan Hendry Lie.

Chandra Lie mengawali bisnis penerbangannya dengan hanya berbekal satu unit Boeing 737-200 pada tahun 2003 silam. Pesawat itu melayani rute Jakarta menuju Pangkal Pinang, kampung halamannya, pulang-pergi.

Kemudian, melayani rute Jakarta-Palembang, Jakarta-Jambi, dan Jakarta-Pontianak. Pada akhir tahun 2004, Sriwijaya Air yang mulai mendapat angin, mendatangkan lagi empat unit Boeing 737-200.

Sriwijaya Air, yang berdasarkan akta didirikan empat orang, yakni Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim, kemudian mulai diakui orang. Sebagian orang lainnya juga mulai mencari tahu tentang Chandra Lie, yang tidak terlalu dikenal di dunia penerbangan.

Baca juga: Merunut Penyebab Jatuhnya Pesawat Terbang Sriwijaya Air SJ 182

Penamaan Sriwijaya sendiri diharapkan pendirinya agar maskapai itu dapat mengekor kebesaran kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara itu.

Sebelum terjun ke bisnis maskapai penerbangan, Chandra Lie sebenarnya adalah pengusaha garmen.

Peruntungan dari Sriwijaya Air boleh jadi merupakan berkah dari deregulasi industri penerbangan. Hal ini tidak lepas dari UU Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara.

Deregulasi penerbangan itu memungkinkan siapa pun bisa mendirikan maskapai penerbangan dengan hanya dua atau bahkan satu unit pesawat.

Baca juga: Dinyatakan Laik terbang, Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Sempat Dikandangkan Selama 9 Bulan

Penambahan pesawat dan juga rute dilakukan seiring pendapatan yang terus bertambah. Sebelum Sriwijaya Air mengangkasa, telah ada Lion Air (1999), Indonesia Airasia (1999), dan Citilink Indonesia (2001).

Ketika Sriwijaya Air mengudara pada tahun 2003, juga mengudara armada Wings Abadi Airlines (2003) dan XpressAir (2003).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com