Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Menurun, Pemerintah Genjot Penggunaan Mobil Listrik Hingga Ekspor Listrik

Kompas.com - 13/01/2021, 17:19 WIB
Rully R. Ramli,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM melaporkan, konsumsi listrik sepanjang 2020 mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19.

Penurunan tersebut terefleksikan dengan tidak tercapainya target konsumsi listrik per kapita.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, realisasi konsumsi listrik per kapita pada 2020 sebesar 1.089 kWh per kapita, atau setara 95 persen dari target 1.142 kWh per kapita.

Baca juga: Dipastikan Tak Naik Awal Tahun 2021, Berapa Tarif Listrik PLN Saat Ini?

"(Konsumsi) rumah tangga naik, tetapi di insutri dan bisnis turun drastis. Maka secara resultan konsumsi per kapita tidak sesuai dengan target," kata Rida dalam konferensi pers virtual, Rabu (13/1/2021).

Seiring dengan menurunnya permintaan, Rida menyebutkan, realisasi produksi listrik sepanjang tahun lalu berada jauh di bawah target, yakni hanya mencapai 272,4 TWh atau setara 80 persen dari target 339,8 TWh.

"Karena ada perlambatan aktivitas," ujar dia.

Untuk menggenjot kembali konsumsi, pemerintah berencana untuk menciptakan permintaan baru.

Menurut Rida, pemulihan dari sektor bisnis dan industri dapat menjadi solusi jangka pendek untuk mengerek konsumsi listrik.

Baca juga: Konsumsi Listrik Turun, Menteri ESDM Nego Ulang Kontrak Proyek 35.000 MW

Namun dalam jangka menengah, pemerintah berencana menciptakan demand baru antara lain dengan memasifkan penggunaan mobil listrik dan kompor induksi.

Pengadaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) disebut sebagai salah satu upaya pemerintah menarik minat masyarakat menggunakan mobil listrik.

Lalu, untuk jangka panjang pemerintah berencana melakukan ekspor listrik dari pasokan yang berlebih ke negara tetangga.

Rida menjelaskan, saat ini beberapa negara di Asia Tenggara sudah melakukan ekspor dan impor listrik untuk memaksimalkan produksi atau memenuhi kebutuhan listriknya.

"Misal Singapura membeli listrik dari Laos, ke utara lewat Thailand, lewat Malaysia, baru ke Singapura, itu kan jauh. Kenapa tidak beli dari Indonesia. Itu juga dijajaki," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com