Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Ketahanan Pangan Indonesia selama Pandemi: Apa yang Bisa Dilakukan untuk Memperbaikinya?

Kompas.com - 20/01/2021, 06:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Purwanto dan Esta Lestari

PEMERINTAH baru saja meresmikan pelaksanaan vaksinasi secara nasional dengan ditandai oleh vaksinasi pertama kepada Presiden Joko Widodo di Istana. Muncul optimisme baru di tengah meningkatnya kasus positif Covid-19 yang menembus 10.000 pasien baru setiap harinya dalam beberapa hari terakhir ini.

Namun demikian tidak berarti segala dampak yang ditimbulkan oleh adanya pandemi ini akan bisa teratasi dengan cepat.

Pandemi Covid-19 membuat banyak tantangan yang harus dihadapi ole hIndonesia dalam proses masa pemulihan khususnya di sektor ekonomi dan juga pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan.

Rilis terbaru Global Hunger Index 2020 menunjukkan adanya perbaikan nilai indeks yang dimiliki Indonesia menjadi 19,1 dari kategori “serius” menjadi kategori “moderat”.

Posisi Indonesia berada di peringkat 70 dari 107 negara di bawah skor indeks Vietnam dan Filipina. Namun, ketahanan pangan secara nasional sedang menghadapi tantangan resesi ekonomi dengan berkurangnya pendapatan masyarakat karena adanya penurunan aktivitas usaha produktif, dan meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan.

Baca juga: Perbaiki Data Penerima Bansos, Risma Susun Parameter Kemiskinan

Persoalan ketahanan pangan di masa pandemi Covid-19 tidak dapat hanya dilihat secara makro namun lebih konkrit adalah kondisinya di level rumah tangga.

Salah satu kekurangan dari agregasi data indeks ketahanan pangan adalah penggunaan nilai rata-rata yang berarti bahwa wilayah dengan kriteria tahan pangan tidak serta merta merepresentasikan kondisi ketahanan pangan tiap-tiap masyarakatnya. Dengan demikian maka penting adanya analisis ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga.

Pada akhir 2020, Pusat Penelitian Ekonomi LIPI (P2E LIPI) melakukan kaji cepat melalui survei daring kepada masyarakat di level rumah tangga untuk mengetahui dampak pandemi Covid-19 terhadap ketahanan pangan rumah tangga.

Dengan mengadopsi metode dari USDA, survei yang dilaksanakan selama periode 15 September - 5 Oktober 2020 berhasil menjaring 1.489 responden layak analisis dari 2.483 responden yang berpartisipasi secara daring tersebut.

Kondisi Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Indonesia

Sebagian besar (64 persen) rumah tangga responden berada dalam kategori tahan pangan (food secure). Namun demikian, perhatian khusus perlu diberikan kepada kelompok rentan yang bekerja di sektor informal dan berpendapatan tidak tetap serta kelompok rumah tangga miskin.

Selama pandemi Covid-19, kelompok ini menghadapi kondisi kerawanan pangan, dimana 23,84 persen dalam kondisi rawan pangan tanpa kelaparan (food insecure without hunger), sebanyak 10,14 persen dalam kondisi rawan pangan dengan kelaparan moderat, dan 1,95 persen dalam kondisi ketahanan pangan dengan kelaparan akut.

Harus diakui bahwa program jaring pengaman sosial selama masa pandemi Covid-19 yang dilakukan oleh Pemerintah dan segenap elemen masyarakat memberikan manfaat bagi masyarakat yang terdampak oleh pandemi ini. Sebanyak 25 persen responden merupakan penerima manfaat dari bantuan sosial yang mengalir selama masa pandemi Covid-19.

Namun demikian, mistargeting bantuan sosial tidak dapat dihindari karena sejak awal memang ada persoalan dalam penyediaan data calon penerima bantuan. Sebanyak 25,4 persen dari total responden penerima manfaat bantuan sosial merupakan kelompok masyarakat dengan tingkat pengeluaran rumah tangga hampir di atas Rp 5 juta per bulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com