Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Airlangga Hartarto soal Pengalamannya Donor Plasma Konvalesen

Kompas.com - 21/01/2021, 19:30 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membagikan pengalamannya ketika mendonorkan plasma konvalesen untuk kebutuhan perawatan pasien Covid-19.

Seperti diketahui, donor plasma konvalesen hanya bisa dilakukan oleh penyintas Covid-19. Airlangga baru-baru ini diketahui pernah positif Covid-19 meski sebelumnya tak pernah mengabarkan ke publik.

"Proses pengambilan plasma 45-50 menit tergantung dari jaringan nadi masing-masing pendonor," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (21/1/2021).

Baca juga: Jubir Kemenko Perekonomian Konfirmasi Airlangga Sempat Terinfeksi Covid-19 pada 2020

Ia mengatakan, sebelum akhirnya melakukan donor plasma, dilakukan pemeriksaan darah oleh dokter beberapa hari sebelumnya untuk memutuskan darah bisa digunakan atau tidak.

Saat hari donor dilakukan, pihak Palang Merah Indonesia (PMI) tetap melakukan pemeriksaan darah untuk memastikan kondisi terkini pendonor. Bila memenuhi syarat, maka donor plasma segera dilakukan.

"Jadi dua hari sebelum menjadi donor diperiksa darah secara lengkap, kemudian dilihat, kalau sudah memenuhi syarat baru boleh proses berikutnya," ucapnya.

Airlangga mengatakan, tak semua penyintas Covid-19 bisa menjadi pendonor plasma konvalesen. Sebab ada syarat yang harus dipenuhi yakni tak memiliki penyakit bawaan dan memiliki kadar hemoglobin yang baik. Selain itu, donor tak bisa dilakukan bagi wanita yang sudah melahirkan.

Baca juga: Kata Pemerintah soal Isu Merger Gojek-Tokopedia

"Sehingga dipastikan dulu kita punya daya tahan tubuh yang baik, jadi harus penuhi syarat-syaratnya," kata dia.

Ia menambahkan, waktu yang tepat untuk donor darah adalah 3 bulan setelah dinyatakan negatif dari Covid-19. Sebab, semakin lama maka tingkat keefektifannya menjadi rendah.

"Persyaratan donor efektif 3 bulan sesudah negatif, kalau makin lama makin enggak efektif, imunitasnya lebih terbatas," pungkasnya.

Baca juga: Teten Masduki: 88,5 Persen UMKM Pakai BLT untuk Kegiatan Produktif

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com