KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Berlatih Kepemimpinan Diri

Kompas.com - 30/01/2021, 08:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEORANG atasan mengeluhkan manajer di bawahnya. Meski cerdas dan berprestasi bagus, manajer tersebut ternyata tidak bisa membimbing bawahannya.

Ia memang melakukan koordinasi dan bisa memecahkan masalah. Namun, ia tidak memberikan umpan balik agar performa kerja anak buahnya berkembang lebih baik.

Saat berbicara empat mata dengannya, tampak bahwa memberi masukan kepadanya pun tidak mudah. Semua masukan dari hasil assessment tentang kepribadiannya cenderung ia bantah dengan, “Kalau saya memang begini, kenapa? Apa saya harus berubah? Kalau tidak bisa, bagaimana?” atau “Ya, itu sudah saya lakukan. Saya sudah banyak berubah kok sekarang”.

Setiap manusia memang memiliki kekurangan dan kelebihan. Akan tetapi, bukankah kita bisa berubah dan mengembangkan diri?

Di sinilah self-leadership atau kepemimpinan diri berperan. Orang sering berpikir untuk meningkatkan dan memperbaiki keterampilan leadership-nya, tetapi lupa bahwa leadership yang efektif didahului oleh self-leadership.

"Self-leadership is the practice of intentionally influencing your thinking, feeling, and actions towards your objective/s," tulis Andrew Bryant dan Ana Kazan dalam bukunya Self-Leadership (2012).

Walaupun studi mengenai kepemimpinan sudah lama dilakukan, istilah self-leadership tampaknya baru disebut pada 1983 oleh Charles Manz. Ia mendefinisikan self-leadership sebagai “A comprehensive self-influence perspective that concerns leading oneself”.

Peter Drucker juga mengatakan, sebelum seseorang menjadi chief, captain, atau CEO, ia harus menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri dulu. Ia harus menentukan tujuan yang ingin ia raih dalam hidupnya, berusaha mencapainya, dan bertanggung jawab terhadap pencapaiannya.

Penjelasan Drucker tersebut sesuai dengan kata-kata bijak dari filsuf China, Lao Tzu.

"Mastering others is strength. Mastering yourself is true power," kata Lao Tzu.

Inner game

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman

Banyak orang merasa kesulitan mendapatkan hasil signifikan dalam waktu singkat dengan berlatih kepemimpinan. Padahal, kepemimpinan yang dilatih itu masih bersifat eksternal.

Bila berlatih leadership saja sudah merasa sukar, lantas bagaimana dengan self-leadership yang lebih bersifat inner game?

Individu yang ingin mengembangkan self-leadership harus menyadari intensi, rasa percaya diri, dan keyakinan dirinya terlebih dulu.

Intensi bisa didapat dengan mempertanyakan diri sendiri menggunakan kata "mengapa". Contohnya, “Mengapa saya mengambil tindakan ini?” atau “Mengapa saya berbicara seperti ini?”.

Saat mendapatkan jawaban tersebut, kita memperoleh self-awareness atau kesadaran diri. Beberapa contoh self-awareness berkenaan dengan menyadari intensi dan nilai-nilai yang kita anut, apa yang membuat kita bergerak, terganggu, ataupun menarik diri.

Setelah proses tersebut, kita juga perlu memiliki self-confidence. Hal ini bisa didapat dengan menyadari kekuatan dan kelemahan kita. Self-confidence diperlukan untuk menyusun strategi pengembangan diri.

Proses berikutnya adalah menemukan self-efficacy. Efikasi diri berkaitan dengan keyakinan kita dalam menanggulangi apa pun rintangan yang menghalangi.

Saat memiliki self-efficacy, kita punya kemampuan untuk menerima dan menggarap umpan balik serta melihat efeknya terhadap pengembangan diri.

Bila ketiga inner game tersebut dijalankan dengan baik, kita akan mendapatkan dua kekuatan baru sekaligus dalam proses kepemimpinan.

Kita jadi memiliki pengaruh atau influence lantaran memiliki purpose atau tujuan yang jelas dan benar-benar kita yakini. Dengan demikian, kita juga bisa dengan mudah menularkan semangat untuk berubah.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa penguasaan self-leadership akan memberikan dampak yang besar bagi diri sendiri maupun tim.

Bila penjelasan tersebut diperas, komponen utama dalam memimpin diri sendiri sebenarnya terkait cara kita melihat dan mengelola masalah.

Individu dengan self-leadership yang kuat mampu mengambil tanggung jawab untuk memecahkan masalah. Seorang pemimpin tidak mungkin berharap orang lain yang memimpin pemecahan masalah. Ia sendiri yang harus mendorong kreativitas tim dalam berpikir kritis dan berkolaborasi.

3 pilihan self-leadership

Mereka yang memiliki self-leadership kuat akan mampu menyeimbangkan kebutuhan pribadi dengan organisasi.

Biasanya, seorang akan dihadapkan dengan tiga pilihan saat memimpin organisasi. Pertama, melakukan dengan caranya. Kedua, melakukan sesuai dengan keinginan organisasi. Ketiga, mencari jalan agar kita dan organisasi berjalan berdampingan dan tumbuh bersama.

Kemudian, dalam memimpin, seorang leader terkadang tidak sejalan dengan situasi, pelanggan, atau otoritas tertentu. Di sinilah, pemimpin perlu menyelaraskan antara kehendak jati dirinya dan tuntutan eksternal.

Implementasi self-leadership

Pernahkah kita melihat seorang pemimpin yang tetap tenang ketika krisis melanda, bahkan terus memimpin timnya menembus kesulitan?

Pada dasarnya, seorang leader harus mampu memimpin timnya dengan tujuan jangka pendek, panjang, bahkan dalam menghadapi krisis. Di sinilah, kemampuan self-leadership berperan agar bisa menjalankan tugas-tugas tersebut.

Beberapa strategi berikut bisa dilakukan para self-leader agar bisa sukses.

Pertama, perjelas nilai yang Anda junjung tinggi. Kepemimpinan akan tergambar dari cara Anda berhubungan dengan kolega dan stakeholder lain serta mengambil keputusan. Hal ini didasari oleh nilai dan prinsip yang Anda pegang.

Oleh karena itu, Anda perlu memahami nilai-nilai yang Anda anut. Usai memahami, Anda akan semakin engage dan dapat mengirim pesan yang jelas pada para pengikut sehingga mereka tahu alasan mengikuti Anda.

Kedua, kembangkan “common language” dengan pengikut. Bila antara pemimpin dan pengikut tidak ada pemahaman yang sama, proses kemajuan yang diharapkan akan sulit terjadi.

Ketiga, rancang kemenangan Anda. Menggerakkan tim tidak sama dengan menggerakkan diri sendiri. Karenanya, Anda perlu membuat rencana detail menuju kemenangan dan meninjaunya dari hari ke hari. Tujuannya, agar pengikut juga bisa mengejar rencana tersebut dengan derap yang sama.

Anda juga perlu mengantisipasi tantangan yang mungkin muncul dalam perjalanan dan bereaksi dengan bijak sesuai dengan nilai yang Anda anut.

Dalam setiap kepemimpinan, self-awareness yang kuat dan kemampuan memanfaatkan pengetahuan tentang diri sendiri akan membuat Anda menjadi pemimpin yang kuat.

Empowerment is a concept; self-leadership is what makes it work. Empowerment can’t exist, won’t work and is meaningless without self-leaders — people who possess the ability, energy and determination to accept responsibility for success in their work-related role,” kata Dr Drea Zigarmi, penulis buku Achieve Leadership Genius.


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com