Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

53,6 Ton Tuna dari Ambon Diekspor ke AS hingga Jepang

Kompas.com - 07/02/2021, 13:17 WIB
Muhammad Choirul Anwar,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Sebesar 53,6 ton ikan tuna dari Bandara Pattimura Ambon, Maluku, diekspor ke berbagai negara seperti Jepang, Amerika Serikat (AS), dan Vietnam pada 6 Februari 2021.

Jumlah ekspor itu senilai dengan 513 ribu dolar AS, atau setara Rp 7,16 miliar. dari Bandara Pattimura, Ambon, ke Jepang, Amerika dan Vietnam.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono optimistis komoditas ikan tuna yang diekspor dari Ambon, Maluku, akan terus tumbuh dan semakin meningkatkan kinerja sektor kelautan dan perikanan nasional.

Baca juga: Indonesia Ekspor Tuna hingga Ubur-ubur Senilai Rp 129 Miliar

"Mudah-mudahan ini kontinu dan semakin besar ekspornya dari sini. Artinya kalau semakin besar, implikasinya ke belakang juga besar," kata Sakti Wahyu Trenggono, sebagaimana dikutip dari Antara, Minggu (7/2/2021).

Sejalan dengan itu, ia meminta jajarannya di Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Produk Kelautan dan Perikanan (BKIPM) Ambon memastikan dan menjamin tidak ada lagi kasus penolakan produk perikanan Indonesia di negara tujuan.

Ia menilai, perlu dilakukan pembinaan secara rutin kepada pelaku usaha mulai dari hulu sampai dengan hilir.

Langkah tersebut, menurutnya, juga sebagai upaya meningkatkan kepercayaan pasar dunia terhadap produk perikanan Indonesia.

Sementara itu, Gubernur Maluku Murad Ismail menyebut ekspor perikanan terus tumbuh selama pandemi Covid-19.

Baca juga: Pamer Janda Bolong, Erick Thohir: Bisnis Ini Akan Tetap Berkembang

Total ekspor sepanjang 2020 mencapai 7.735 ton dengan nilai Rp 630,6 miliar atau meningkat 261 persen dari tahun sebelumnya.

Sejumlah negara yang menjadi pelanggan setia produk perikanan Maluku yakni China, Jepang, Amerika Serikat, Vietnam, Hong Kong Singapura, Thailand, hingga Malaysia dan Sri Lanka.

Adapun komoditas yang diminati adalah udang vaname, ikan tuna, kerapu hidup, serta kepiting bakau.

Pertumbuhan ekspor ini diakuinya sebagai dorongan untuk terus meningkatkan produktivitas perikanan tangkap.

Sebelumnya, KKP menyatakan produk perikanan tuna sirip kuning (yellowfin tuna) dan cakalang (skipjack tuna) Indonesia berhasil memenuhi sertifikasi standar global perikanan berkelanjutan oleh Marine Stewardship Council (MSC).

Baca juga: Setkab Lelang 25 Mobil Dinas, Ini Rincian dan Tata Cara Penawarannya

"Kolaborasi pemerintah Indonesia dengan MSC ini menjadikan 11.000 ton tuna sirip kuning dan cakalang memiliki sertifikasi untuk pasar Amerika dan Eropa," kata Plt Direktur Jenderal Perikanan Tangkap M. Zaini, dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (29/1/2021).

Menurut dia, capaian ini diraih Indonesia berkat upaya KKP dan Asosiasi Perikanan Pole and Line dan Handline Indonesia (AP2HI) yang didukung International Pole and Line Foundation (IPNLF) telah bekerja keras untuk memastikan perikanan tuna di Indonesia dikelola secara berkelanjutan.

Zaini menjelaskan sertifikasi yang diperoleh ini melibatkan 380 kapal penangkap ikan yang tersebar di Indonesia, mulai dari Sulawesi Utara dan Maluku Utara hingga ke Laut Banda, dan Flores Timur dan Barat.

Hal tersebut, lanjutnya, juga merupakan implementasi kerja sama antara KKP dan MSC yang menegaskan komitmen bersama untuk memperkuat kolaborasi tentang penangkapan ikan yang berkelanjutan.

“Adanya sertifikasi ini menunjukkan komitmen kita terhadap penangkapan tuna yang berkelanjutan di Indonesia pada dunia. Sebagai salah satu penghasil tuna terbesar di dunia, sangat vital bagi kita untuk mendukung proses perolehan sertifikasi ini melalui program perbaikan perikanan agar segala sektor perikanan bisa tumbuh secara berkelanjutan sembari memberikan jaminan mata pencaharian di masa depan," ucap Zaini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com