Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar UI Tekankan Pendanaan Bersama ke UMKM, Jangan Cuma Kejar Profit

Kompas.com - 13/03/2021, 13:50 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisaris Independen PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Rofikoh Rokhim menyebut pentingnya setiap lembaga keuangan untuk tak hanya fokus pada profit semata.

Dalam pidatonya saat dikukuhkan menjadi Guru Besar Universitas Indonesia, Sabtu (13/3/2021), Rofikoh menekankan model bisnis yang digunakan lembaga keuangan dalam mencari keuntungan harus selaras dengan prinsip berkelanjutan.

Sektor keuangan yang berkelanjutan akan memberikan keuntungan jangka panjang, baik bagi bank ataupun masyarakat khususnya pendanaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Penerapannya bukan berarti membuat profit bank tergerus.

Baca juga: Pemerintah Susun Skema Penyerapan Produk UMKM oleh BUMN

"Dalam jangka pendek mungkin profitabilitas menurun, namun dalam jangka panjang keuntungan ini dapat dipastikan terus berkelanjutan," kata Rofikoh dalam pidatonya dalam Upacara Pengukuhan Guru Besar UI secara virtual, Sabtu (13/3/2021).

Dalam praktiknya, keuangan berkelanjutan menjadi modal bagi bank untuk memperoleh sumber dana yang lebih murah.

Rofikoh mencontohkan, obligasi berkelanjutan dengan skema berwawasan lingkungan yang diterbitkan BRI senilai Rp 500 juta dollar AS mampu menarik minat investor 4,1 miliar dollar AS dengan suku bunga 3,95 persen.

Investor tertarik karena dana dari hasil penerbitan disalurkan untuk kegiatan yang berwawasan sosial dan lingkungan.

Setidaknya, kata Rofikoh, green bond ini telah menciptakan lapangan pekerjaan bagi 245.000 pelaku UMKM.

"Konsep keuangan yang berkelanjutan adalah dengan menyediakan layanan keuangan yang inklusif. Bagaimanapun belum semua masyarakat dapat menikmati jasa keuangan, sebagian diantaranya bisa jadi adalah pelaku UMKM," ujar Rofikoh.

Baca juga: Apa Itu Predatory Pricing yang Disebut Jokowi Jadi Pembunuh UMKM RI?

Hingga kini UMKM memang menghadapi sulitnya mendapat akses permodalan dari bank. Ada tiga faktor penyebab sulitnya UMKM mendapat pendanaan, salah satunya meningkatkan biaya monitoring sehingga bank jadi tak efisien.

Untuk itu, keuangan yang berkelanjutan tidak hanya cukup dilakukan oleh perbankan. Seluruh lembaga jasa keuangan harus melakukan penyaluran agar mampu menurunkan kesenjangan distribusi kekayaan.

Adanya akses permodalan terbuka membuat UMKM akan naik kelas. Nasabah yang semula meminjam dana kecil-kecil tanpa agunan, mendapat akses gadai dan pendanaan yang lebih besar sehingga terpapar layanan keuangan. Akhirnya, inklusi keuangan di Indonesia sedikit demi sedikit akan meningkat.

"Dalam jangka panjang terdapat scalling up atau naik kelas dari nasabah unbankable menjadi bankable, di mana setelah itu nasabah dapat ambil pinjaman pada round berikutnya dan jadi pengusaha menengah dan besar. Kesejahteraan nasabah meningkat seiring besarnya skala usaha," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com