Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petisi Tolak Penutupan Kode Broker Dinilai Tidak Relevan, Ini Alasannya

Kompas.com - 18/03/2021, 08:33 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Rencana PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan penghapusan kode broker dalam running trade di sistem perdagangan saham masih menuai pro dan kontra.

Dalam sebuah petisi yang ditandatangani lebih dari 2.000-an investor, rencan BEI tersebut dianggap akan menyulitkan proses analisa saham, karena investor retail kebanyakan melakukan analisa dengan melihat kode broker.

Petisi juga menyebutkan, dengan adanya kode broker dan tipe investor bisa menunjukkan siapa yang sedang membeli atau menjual suatu saham terentu, apakah asing atau lokal atau bisa juga terlihat apakah bandar atau bukan.

Baca juga: IHSG Berpotensi Menguat, Cek Rekomendasi Saham Hari Ini

Pratisi pasar modal sekaligus Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, kode broker tidak relefan dengan aksi beli institusi atau big fund, karena bisa saja institusi melakukan split order.

“Informasi kode broker ini sebenarnya tidak dipakai pada analisa fundamental dan teknikal. Ini juga tidak dipakai oleh investor inatitusi untuk pembelian, dan seharusnya ini tidak masalah. Kita mendidik investor kita untuk lebih pintar dalam membeli saham,” jelas Hans dalam virtual konferensi, Rabu (17/3/2021).

Hans bilang, saat ini investor bisa membuka rekening dari berbagai broker, sehingga cukup sulit untuk menentukan apakah investor tersebut merupakan adalah investor retail atau institusi. Di sisi lain, manipulasi harga saham juga cukup sulit dibuktikan.

“Dalam Teknikal analisis sejak dari tahun 1930 atau candelistik dari tahun 1900 itu tidak menggunakan informasi kode broker, dan yang dipakai itu last done. Bid offer juga enggak dipakai karena tidak ada cost, berbeda dengan transaksi done yang merupakan informasi yang lebih relevan. Jadi kalau kode broker ditutup kita berharap investor bisa realistis,” tegas dia.

Baca juga: 6 Jenis Investasi yang Populer di Indonesia, dari Deposito hingga Saham

Hal senada disampaikan juga oleh Pengamat Pasar Modal Ellen May. berdasarkan pengalamannya Ellen mengaku tidak pernah menggunakan kode broker ketika melakukan pembelian saham. Dia bilang, analisis fundamental dan teknikal dilakukan untuk memastikan kinerja dan prospek perusahaan secara jangka panjang.

“Mungkin investor retail melihat supply and demand dari kode broker, tapi logikanya kalau perusahaan bagus secara fundamental pastinya memiliki prospek kedepan dan revenue juga akan bagus setelah pandemi, dan valuasinya juga murah,” jelas Ellen.

Ellen juga mengatakan, selain valuasi, faktor teknikal juga tidak bisa dihindarkan. Jika teknikalnya terlalu tinggi, investor harus mempertimbangkannya kembali. Selanjutnya, Ellen menilai supply and demand memiliki sifat yang sangat minor dalam melakukan analisis saham

“Kalau bursa menutup kode broker, dan menampilkannya di akahir sesi tentunya bermanfaat karena secara psikologis lebih sehat dan dalam mengambil keputusan investasi akan lebih bijaksana. Kalau keputusan investasi tidak dilakukan terburu-buru, nantinya hasilnya akan bagus,” tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com