Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Rencana Impor Beras, Ketua PP Muhammadiyah Kritik Pemerintah

Kompas.com - 21/03/2021, 13:56 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Rencana pemerintah membuka keran impor 1 juta ton beras menimbulkan polemik. Sebab rencana itu mencuat saat masa panen raya pertama tahun ini yang berlangsung sepanjang Maret-April 2021.

Kritik pun deras mengalir ke pemerintah. Salah satunya berasal dari pengamat sosial ekonomi dan keagamaan sekaligus Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas.

“Mengapa dalam kasus beras ini kok yang terjadi seperti ini? Kenapa kok tidak sesuai dengan yang disampaikan oleh Presiden?. Kalau alasannya kualitas produk beras kita tidak memenuhi standar yang ada, lalu siapa yang akan membeli beras rakyat? Diekspor tentu jelas tidak bisa.  Lalu oleh para petani kita akan dijual ke mana beras tersebut sementara mereka perlu uang,” ujarnya dalam tersebut siaran pers, Minggu (21/3/2021).

Baca juga: Gaduh Impor Beras, Mendag Lutfi Pasang Badan: Salahkan Saya

Anwar menilai, pemerintah harus hadir membela rakyat dalam konteks ini yakni para petani. 

Sekain itu, Anwar juga menilai masalah impor beras adalah cerminan dari buruknya koordinasi antara para pejabat negara, sehingga informasi dan sudut pandang berbeda.

“Yang saya inginkan, jangan ada kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang merugikan rakyatnya dan semangat yang ada dalam ucapan Jokowi ‘cintai dan belilah produk dalam negeri’ ya tujuannya adalah jelas agar kita bisa memperbaiki nasib rakyat kita dan menciptakan sebesar-besar kemakmuran bagi mereka,” kata dia.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengungkapkan, latar belakang diputuskannya kebijakan impor beras sebanyak 1 juta ton pada tahun ini. Utamanya didorong stok beras cadangan Bulog yang rendah.

Lutfi mengatakan, Bulog memiliki penugasan untuk menjaga stok cadangan beras atau iron stock sebesar 1 juta-1,5 juta ton setiap tahunnya. Besaran angka stok itu merupakan prinsip dasar pemerintah sejak lama.

Cadangan beras ini diperlukan untuk kebutuhan mendesak seperti bansos ataupun operasi pasar guna stabilisasi harga. Adapun pengadaan beras oleh Bulog itu bisa berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

Baca juga: RI-Thailand Akan Teken MoU Impor Beras, Begini Penjelasan Mendag

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo memastikan stok beras di dalam negeri bakal surplus hingga akhir Mei 2021. Selain itu, tren harga beras dinilai terjaga stabil.

Ia menjelaskan, berdasarkan progonosa ketersediaan dan kebutuhan pangan pokok Januari-Mei 2021, stok beras diperkirakan mencapai 24,90 juta ton. Stok beras ini berasal dari sisa stok tahun lalu 7,38 juta ton dan produksi dalam negeri 17,51 juta ton.

Sementara kebutuhan beras nasional diproyeksi mencapai 12,33 juta ton sepanjang Januari-Mei 2021. Artinya, neraca beras hingga akhir Mei akan surplus sebesar Rp 12,56 juta ton.

Baca juga: Mengingat Lagi Janji Jokowi Tolak Impor Beras Saat Pilpres

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com