KOMPASIANA---Sejatinya semua pekerja di bidang apapun dan di manapun ingin bekerja dengan nyaman.
Bicara tentang kenyamanan bekerja tentu dipengaruhi oleh banyak faktor.
Salah satunya adalah relasi dengan atasan atau bos.
Dalam dinamika dunia kerja, relasi yang terjadi antara pekerja dengan bos tentu tak selamanya berjalan mulus.
Gaya kepemimpinan seorang bos tak bisa dimungkiri akan memengaruhi pada kinerja anak buahnya dan keberlangsungan perusahaan.
Lantas bagaimana cara untuk membuat hubungan dan komunikasi antara pekerja dan bos tetap bisa berjalan dengan baik?
Berikut 4 konten menarik yang membahas seputar hal tersebut di Kompasiana:
1. Ketika Seorang Bos Berkata, "Pokoknya..."
Dalam organisasi bisnis sudah jadi kewajaran jika seorang bos atau atasan memerintahkan pekerjaan pada bawahan.
Sayangnya tidak semua orang termasuk bos mampu dan terampil untuk berkomunikasi, sehingga tak jarang sebuah perintah, instruksi, arahan, dan juga penjelasan yang disampaikan didasarkan pada satu kata, "pokoknya".
Menurut Kompasianer Agil Habib, saat kata tersebut meluncur maka itu adalah pertanda dari 2 hal, yakni "narator" kehabisan kata-kata penjelas untuk menopang maksud dan tidak ingin ada perdebatan.
Meski begitu, sikap "pokoknya" pun harus berada pada jalur ruang dan waktu yang tepat karena tidak selamanya hal itu diabaikan dan tidak selamanya juga diimplementasikan. (Baca selengkapnya)
2. Ketika Bos yang Perfeksionis dan Workaholic Ingin Tahu Kelemahannya
Berhadapan dengan bos yang perfeksionis sekaligus workaholic tentu tidak mudah.
Namun tak jarang pula bos dengan gaya seperti itu menyadari bahwa caranya "menyuntikkan" semangat ke anak buahnya, serta juga gaya perfeksionisnya, mengandung kelemahan di mata anak buah.
Kompasianer Irwan Rinaldi Sikumbang berbagi pengalamannya saat menyampaikan kelemahan atasannya dengan bijak dan tanpa menyinggung secara langsung.